Mungkin saat ini akan susah menggambarkan raut wajah Steven Gerard ketika melatih pemain Glasgow Rangers, akan terlihat raut wajah ceria sekaligus sedih. Ceria melihat Liverpool yang akhirnya juara, sekaligus sedih tidak ikut ambil bagian mempersembahkan gelar Premier League untuk Liverpool. Mungkin juga setelah melihat Liverpool juara, Gerard langsung ber "video call" dengan Luiz Suarez sambil berujar kita belum beruntung bro. :-)
Di pekan ke-31 musim Kompetisi 2019/2020, akhirnya Liverpool memastikan juara setelah menghajar Crystal Palace dengan skor 4 - 0. Seandainya bencana covid19 sudah selesai, bisa dibayangkan akan bagaimana meriahnya suasana perayaan di Stadion Anfield dan kota Liverpool. Gelar Premier League 2019/2020 dipastikan sangat berkesan bagi fans Liverpool, bagaimana tidak seluruh Liverpudlian harus menanti 30 Tahun untuk merasakan gelar ini.
Selain pemain dan penonton, salah satu sosok yang paling berjasa adalah sang pelatih Liverpool. Seorang pria berwarga negara Jerman yang flamboyan dan agak nyeleneh, dialah Juergen Klop. Pria ini sangat berbeda dengan karakter pelatih elegan seperti Ancelotti, Capello dan Alex Fergusson, tidak juga arogan seperti si spesial itu, Mourinho...he.he.
Orang Jerman ini memang seperti diciptakan untuk menjadi bagian dari Liverpool, karakternya yang hangat mampu menyatu dengan fans Liverpol yang terkenal sebagai fans yang mencintai Liverpool bak sebuah keluarga.
Cara melatihnya juga sangat cocok dengan profil Liverpool, dia mampu memaksimalkan kemampuan pemain yang biasa-biasa saja.
Dari sejarah dan tradisinya, Liverpool memang jarang mengontrak pemain bintang karena kemampuan finansial klub ini tidak semewah rivalnya seperti Manchester City, Manchester United dan Chelsea. Sosok seperti Allison, Van Dyjk, maupun Joel Matip bukanlah sosok pemain bintang ketika direkrut oleh Liverpool.
Setelah ditunjuk Liverpool untuk menggantikan Brendan Rodgers, hal pertama yang dilakukan oleh Juergen Klop adalah merevolusi permainan tim ini. Klop memperkenalkan gaya bermain yang sudah yang manjadi trade mark dan ciri khasnya di Borusia Dortmund yaitu "gegen pressing".
Gegen pressing merupakan nama lain dari permainan counter pressing tapi sudah dimodifikasi menjadi lebih agresif yaitu merebut bola secepat mungkin dari lawan setelah kehilangan bola.
Pada skema ini penyerang dan gelandang secara agresif merebut bola dari pemain belakang lawan yang sedang melakukan ball possesion, untuk mengacaukan transisi dari bertahan ke menyerang tim lawan. Skema ini boleh dikatakan merupakan antitesis dari permainan yang mengagungkan penguasaan bola seperti Barcelona dan Arsenal.