Lihat ke Halaman Asli

Donald Haromunthe

Guru Seni Budaya di SMA Budi Mulia Pematangsiantar

Perlunya Belajar Genealogi "Tarombo" bagi Etnis Batak

Diperbarui: 21 Februari 2016   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarombo atau garis genealogi adalah sejarah keluarga subetnis Batak Toba. Bagi Saya, Ia menjadi sejarah hidup, yakni sejarah yang mengisahkan dan memperkenalkan siapa para leluhur dan bagaimana mereka hidup, serta apa saja kaitannya dengan konteks keberadaan Saya sekarang ini. Dengan demikian, Tarombo mencakup baik "pohon keluarga" atau yang umum dikenal dengan silsilah maupun genealogi secara luas. Tarombo seorang Batak bisa ditelusuri hingga ke punguan marga-nya, ke Si Radja Batak bahkan hingga ke nama yang disepakati atau dicatat sebagai manusia pertama di bumi ini (umumnya disebut sebagai Adam dan Hawa).

Banyak penelitian tentang Tarombo ini yang didedikasikan untuk mempelajari kejadian-kejadian dari hidup seorang individu ataupun keluarga berdasarkan minat pribadi sang peneliti. Catatan atau informasi yang dikumpulkan berdasarkan minat pribadi ini, selain kelahiran, kematian dan perkawinan; juga mencakup catatan perang atau konflik, pemakaman, ritual agama dan kepercayaan, perpindahan tempat tinggal, dan jumlah penduduk beserta keterangan seputar demografi sezamannya. Data ini tentu sangat berharga bagi siapapun yang ingin tahu tentangnya. Yang ingin tahu bisa siapa saja, setidaknya si peneliti sendiri.

Apapun itu, Saya merasa senang bisa mempelajari hal-ikhwal keluarga Saya. Dengan itu Saya terbantu untuk meletakkan bahtera keluarga dalam konteks yang lebih luas. Sangat menarik melihat bahwa beberapa keputusan penting yang diambil keluarga Saya ternyata sangat dipengaruhi bahkan bergantung pada kejadian atau peristiwa dunia atau lingkungan sekitar. Keputusan sederhana seperti: mencantumkan marga apa di belakang nama saya, punguan apa yang harus diikuti, dan etiket serta adat-istiadat yang mengikutinya. Saya kemudian menjadi mengerti mengapa hanya dibelakang nama saya yang dibubuhkan ialah Haromunthe, bukan Sibuea misalnya. Atau mengapa marga Haromunthe menjadi bahan perdebatan tanpa henti hingga sekarang dalam tataran silsilah marga Batak, secara khusus jika diletakkan dalam konteks punguan Pomparan ni Raja Nai Ambaton (PARNA). Hal menariknya lagi ialah: Karena itu keluarga Saya, maka Saya bisa bisa menemukan lebih banyak hal tentangnya dibanding yang mungkin diketahui oleh peneliti manapun (seandainya mereka mengadakan penelitan tentang keluarga saya).

 

Usaha Saya untuk mengenali keluarga Saya kini lebih mudah tahun-tahun belakangan ini karena ada sejumlah catatan yang kini bisa saya peroleh baik melalui kontak pribadi maupun dari sumber-sumber umum semisal percakapan di group di dunia maya atau dunia nyata. Contohnya, ketika menghadiri pesta atau ulaon adat. Peristiwa semacam ini membantu untuk menorehkan kisah yang lengkap tentang kerabat, bahkan terkadang sambil sumringah atau terperangah ketika menemukan fakta atau hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

Tentu akan lebih menarik jika saja nanti masing-masing kerabat dari Saya dari Pomparan Jelak Maribur ini mencantumkan versi silsilah atau pohoh keluarga mereka dan masing-masing garis genealogis ("sundut") bisa diberi keterangan atau captioning yang bisa menjelaskan siapa dia di antara keturunan Jelak Maribur yang lain. Kemudian ini akan manjadi bahan lanjutan untuk percakapan atau keeping in touch berikutnya.

Dengan alasan-alasan sederhana itu pun, rasanya belajar Tarombo dan Martarombo ini semakin menarik.


Diubah seperlunya dari Haromunthe.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline