Lihat ke Halaman Asli

Langkah Bijak Ayah dan Bunda Menyikapi Kegagalan Anaknya

Diperbarui: 6 Juli 2024   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI Langkah Bijak Ayah dan Bunda Menyikapi Kegagalan Anaknya | by master2305 on Freepik.com

Orang tua perlu memahami bahwa persoalan gagal beberapa kali bukan hanya wajar tetapi kadangkala tak terhindarkan.


"Anak itu nampak terpukul, penuh raut wajah muram setelah dihujani kata-kata penuh amarah yang menyakitkan hati oleh kedua orang tuanya!"

Begitu ungkap seorang rekan saat menceritakan reaksi seorang remaja, ponakannya, setelah habis dimarahi kedua orang tuanya karena dianggap gagal, menyusul rangkain kelakuan tak patut yang mempermalukan orang tuanya.

Kegagalan sering terasa menyesakkan dan menyakitkan. Sebagian orang melihat kegagalan berpotensi memalukan. Tak heran semua orang berusaha menghindari kegagalan.

Tak terkecuali para orang tua. Mereka cenderung mengupayakan agar anak mereka sebisa mungkin tak mengalami kegagalan. Karenanya ada banyak hal dilakukan demi memastikan hal itu, dari memberikan perlindungan yang berlebihan, mengancam dengan hukuman yang menakutkan, hingga menggunakan kata-kata menyakitkan hati.

Walaupun demikian ada pula orang tua tertentu yang lebih siap menerima kegagalan anak, sementara di sisi yang lain ada yang mengalami kesulitan berdamai dengan keadaan itu.

Bagaimana orang tua menyikapi kegagalan secara bijak atau tepat? Apa langkah yang harus dilakukan?

Langkah pertama dan terutama perlu dilakukan adalah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang wajar. 

"Siapa sih yang tak pernah alami kegagalan?" Jelas, tak seorang pun! Ya, semua orang pasti bakal alami kegagalan, kalau tak hari ini bisa jadi nanti. Bahkan dalam kekristenan, semua tokoh yang diceritakan dalam Alkitab - kecuali Yesus Kristus - pernah gagal. Beberapa diantaranya bahkan gagal secara fatal dan mengenaskan.

Dengan kesadaran tentang hal ini orang tua akan ditolong untuk tidak memberikan respons berlebihan, entah secara positif (menghibur dan menguatkan secara berlebihan) maupun negatif (menyalahkan, menegur dan memarahi secara berlebihan).

Respons berlebihan akan semakin menenggelamkan anak seolah-olah kegagalannya begitu serius dan dalam. Orang tua perlu berhati-hati jangan sampai anak menangkap kesan bahwa kegagalan mereka adalah akhir dari alam semesta.

Langkah kedua adalah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang tidak terelakkan. 

Langkah ini sama persis dan berkaitan dengan langkah sebelumnya, hanya saja penekanannya berbeda. Dengan menyadari bahwa kegagalan memang sebuah keniscayaan, orang tua tidak akan memberikan perlindungan dan bantuan yang berlebihan kepada anak mereka. Tidak peduli seberapa besar perhatian orang tua pada anak, anak tetap akan menghadapi kegagalan.

Tugas utama orang tua bukan menghindarkan anak dari kegagalan, melainkan melatih mereka untuk meresponi kegagalan dengan benar. Seorang anak yang selalu dituntut berhasil dan dilindungi secara berlebihan justru akan mudah gagal dalam menghadapi kegagalan. Anak demikian cenderung menutupi kegagalan, memberikan pembelaan atau mengkambing hitamkan, entah orang lain, keadaan, atau Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline