"Sesungguhnya, ambisi itu kawan atau lawan sih, dalam kehidupan ini?"
Bila diamati ada orang-orang terbakar habis oleh karena ambisinya. Ingin segerah menjadi sukses dan kaya raya, tak lagi cermat dan waspada sehingga berakhir pada kerugian besar.
Di sisi lain kita juga melihat ada orang-orang yang hidup tanpa semangat, menyerah begitu saja, tanpa ambisi untuk mengubah kehidupannya yang kurang baik.
Dalam perjalanan spiritual atau rohani seseorangpun juga berurusan dengan keinginan atau ambisi yang ada di dalam dirinya.
Semasa hidup-Nya saat mengajarkan jalan kehidupan kepada murid-murid-Nya, Yesus pernah memberikan 3 tanda ketika ambisi itu telah membutakan mata seseorang.
Pertama, ketika seseorang tak lagi peka pada kehendak atau keinginan Tuhan!
Di masa-Nya, ketika Yesus sedang mempercakapkan kehendak Allah atas hidup-Nya, yakni terkait dengan penderitaan yang harus Ia jalani, ternyata ada dua murid-Nya yang justru berebut tentang siapa yang terbesar di antara para murid.
Jelasnya begini, saat Yesus sedang menyampaikan hal yang maha penting, soal penderitaan dan kematian-Nya. Oleh dua murid itu, hal tersebut malah dilihat membuka peluang: siapa yang akan menggantikan-Nya sebagai pimpinan?
Mereka berdua melakukakannya dengan cara meminta-Nya memposisikan mereka duduk bersama dalam kemuliaan-Nya, yang seorang di sebelah kanan dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya.
Inilah orang yang sudah dibutakan oleh gelapnya ambisi diri. Ia tidak lagi peka dengan kehendak Tuhan.
Kedua, ketika seseorang tak lagi memperhitungkan konsekuensi negatif sebagai akibat tindakannya.
Ketika Yesus bertanya balik tentang kesanggupan kedua murid-Nya itu, untuk "minum cawan dan menerima baptisan seperti yang akan terjadi dalam hidup-Nya". Sebuah pertanyaan Yesus dengan menggunakan penggambaran soal "penderitaan dan kematian yang akan dijalani-Nya".
Dengan cepat kedua murid itu menjawab sanggup! Jawaban yang tak lagi memahami apa yang sebenarnya Yesus maksudkan.