Lihat ke Halaman Asli

Kenali 5 Langkah Membangun Emosi Anak

Diperbarui: 5 Maret 2024   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenali 5 Langkah Membangun Emosi Anak (Sumber: Dokpri)

Hari minggu, 03/03/2024, sekitar jam 1 siang, saya mengunjungi sebuah market yang cukup dikenal dengan akhiran nama berkata "Mart", di sebuah pojok kota Cimahi untuk beli sebuah keperluan.

Saat memasuki ruangan market, ruangan tak terlalu luas itu tengah terisi penuh dengan suara keras seorang anak laki-laki berusia 5 tahun sedang menangis setengah histeris. Merasa permintaannya tak dituruti oleh ibunya, si boy pakai jurus sakti, merengek sambil menangis sejadi-jadinya.

Tak perlu waktu lama jurus sakti itu bertuah. Mungkin juga karena tak ingin malu anaknya merengek sambil menangis di tempat umum dan menyebabkan gaduh, akhirnya permintaan sang anak dipenuhi.

Apakah Anda pernah melihat atau mengalami hal demikian dengan anak Anda? Kalau belum atau tidak, saya menduga saja, jangan-jangan saat masih usia anak  ada kita yang pernah berlaku serupa, haha.

Perilaku semacam apa yang dilakoni si boy tadi umum tejadi pada anak usia prasekolah, usia 3-6 tahun.

Perilaku itu umumnya terjadi karena anak belum mampu mengendalikan emosinya. Hal itu dimungkinkan juga karena perkembangan kognitif anak usia tersebut masih terbatas, secara khusus kemampuannya dalam berbahasa. Di sisi yang lain anak juga belum dapat membedakan situasi. Karenanya apa yang dirasakan akan diluapkannya keluar.

Dalam kondisi demikian maka sebagai orang tua atau orang yang lebih dewasa perlu memahami perkembangan emosi anak sesuai tingkat usianya sehingga tak salah dalam bersikap menghadapi anak yang berlaku demikian.

Pemahaman demikian berkontribusi juga membantu orang tua mengembangkan emosi anak. Berikut 5 langkah praktis dapat diketengahkan sebagai bentuk upaya orang tua mengembangkan emosi anak, antara lain:

Pertama, bermain. Melalui aktifitas bermain anak dapat mengekspresikan seluruh perasaannya, seperti marah, takut, sedih, cemas atau gembira. Dengan kata lain bermain dapat merupakan sarana yang baik untuk pelampiasan emosi sekaligus relaksasi.

Kedua, melihat masalah melalui sudut pandang anak. Di sini jika orang tua mau mendengarkan dan berempati terhadap anak maka orang tua dapat memahami mengapa anak bertingkah laku seperti anak laki pada cerita awal tadi. Pemahaman orang tua akan perasaan anak demikian memungkinkan mereka tidak mudah ikut terpancing emosi ketika anak sedang bad mood.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline