Lihat ke Halaman Asli

Rindu Dekat Rumah Tuhan

Diperbarui: 25 November 2023   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu Dekat Rumah Tuhan (Sumber: Tangkap Layar FB @Inez Lailosa)

Rindu Dekat Rumah Tuhan

"Selamat sore!" untuk sekian kalinya aku menyapa, sambil mengetuk pintu, berusaha mendapatkan perhatian penghuni rumah, beberapa saat belum juga berbalas.

Sore ini aku bersama kedua anakku. Seorang, remaja laki berusia 14 tahun, Benny namanya. Seorang lagi perempuan berusia 6 tahun, bernama Nania. Kami bertandang ke rumah pendeta, gembala gereja tempat keluarga kami berjemaat.

Rumah berwarna coklat muda, berukuran sedang dan terkesan teduh itu, bersebelahan dengan gedung gereja, berada dalam satu halaman yang sama. Kami sering menyebutnya pastori gereja.

"Mama, mengapa kita ke sini dengan semua barang ini?" tanya Benny di sela menunggu ada yang membuka pintu, menyambut kami.

"Kita sedang mencari ayahmu yang hilang, nak!!" aku menjawab. Ia mengernyitkan dahinya, menatapku heran tak mengerti dengan jawabanku.

"Selamat sore!" akhirnya suara yang ditunggu itu terdengar.

Bersamaan pintu dibuka, muncul seorang perempuan paruh baya. Dialah istri pendeta kami. Kami biasa menyapanya, ibu gembala. Senyumnya khas, se khas senyum Ibu gembala umumnya. Ya, begitu mungkin.

"Hallo, bu Joni." ia menyapaku menggunakan nama depan suami.

Nama suamiku Joni. Lengkapnya, Joni Kalabor Pungsaribu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline