Lihat ke Halaman Asli

Rambut

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13470348041077146486

Tak pernah dibiarkan panjang. Aku tak tahu kenapa dia selalu memilih potongan rambut seperti itu. Mungkin saja ada seseorang yang mampu memintanya, agar rambutnya selalu dipotong pendek. Ah, mungkin juga pekerjaannya. Siapa yang tahu. Dan tak seorang pun didekatnya yang mempunyai waktu untuk menanyakan padanya, semua sibuk dengan keramaiannya masing-masing.

Teman-temannya pun kebanyakan berambut pendek, selalu cantik kurasa. Walau sekali-kali kubayangkan dirinya berambut panjang. Tapi, tak perlu risau akan hal itu.

Katakanlah rambutnya pendek, karena tuntutan pekerjaan. Terus siapa yang bisa melarangnya, bukan? Pekerjaannya memang membuat dia harus memotong pendek rambutnya, mungkin saja dia bekerja di bagian layanan masyarakat. Pekerjaan dimana ada keramaian di sekeliling, masyarakat menuntut semua harus cepat. Bila tidak dilayani akan ada keributan.

Bayangkan saja bila rambutnya dibiarkan panjang, bukankah dia akan repot berlari-lari kesana kemari mendengarkan suara-suara yang menginginkan layanan segera. Rambutnya akan mengganggu, ah... Kalau panjang tentu saja lebih menarik, tapi siapa yang mau peduli.

Sekali ini dia melayani beberapa orang yang ingin segera mendapat minuman dan makanan ringan, periksa di tempat makanan. Stok sudah habis. Bakal ada bencana, orang-orang akan mengomel.

"Maaf bu, coca cola sudah habis, bagaimana kalau diganti sprite saja?"

"Ah ... Kalau begitu teh saja!"

Senang melihat dia demikian sibuk, sambil berpikir apakah aku punya ide untuk meminta sesuatu, agar dia mampir ke kursiku. Belum tahu aku ingin apa, tetapi perjalanan ini masih kurang setengah jam lagi. Mudah-mudahan sebuah ide akan 'nyantol' di pikiran.

Tapi semua usai setelah tiba, dia masih sibuk merapikan sesuatu di belakang. Tak tahu, entah apa yang dilakukannya. Aku ingin menyapa untuk sekedar berbasa-basi. Mungkin suatu waktu dapat bertemu lagi. Dia menuruni tangga beranjak pergi dengan seseorang, berbicara sesuatu sambil menggandeng lengan temannya. Mesra.

Perjalanan kembali ke kota, kemacetan selalu menjadi teror bagi siapa saja. Perlahan. Kubayangkan rambutnya, selalu pendek. Apakah rambut itu harum? Apakah setelah dia pulang kerja rambut itu tetap harum? Siapa yang pernah membelai rambut itu? Rambut itu seolah berada di pelupuk mata, kubelai perlahan dan dia terpejam. Ah ....

Kemacetan ini membuatku terbayang pada rambut itu. Selalu dipotong pendek.

Tomang, 7 September 2012

---------------------------------------------------------------------

(Image missanisah blog)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline