Lihat ke Halaman Asli

Vamos, La Furia Roja! Final Ini Tak Indah...

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Champions Goal

Kebalikan dengan harapan mantan kapten Italia, Fabio Cannavaro, "Final Piala Dunia 2010 antara Belanda dan Spanyol akan menjadi pertandingan yang indah. Kedua tim sedang dalam kondisi sempurna dan semua pemain mereka fit untuk diturunkan...." Konon laga itu akan mampu mengurai segalanya, membuat semua perhatian tertuang kesana. Tak akan ada kepedihan saat pendukung tim nasional Belanda dan Spanyol yang berlaga berangkat menuju Stadion Soccer City, Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 11 Juli 2010. Siapa saja mempunyai hak memiliki jagoannya masing-masing. Legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff tampak agak bingung akan menjagokan siapa, karena pada dasarnya ia adalah eksekutor di lapangan dan pengembang tradisi sepak bola indah. Ingatan kita akan melayang pada Final Piala Dunia 1974, walau pun Belanda takluk 1 - 2 dari tuan rumah Jerman, mereka mampu menyuguhkan permainan sepak bola yang hebat melalui suguhan total football. Masyarakat pecinta bola dunia tak akan melupakan kenangan hebat akan final ini. Lihatlah Cruyff bukan tanpa alasan bila ia mendukung permainan indah Spanyol, Belanda secara perlahan meninggalkan akar dan kultur sepak bola indah yang ditularkannya. Seperti kata pelatih tim nasional Belanda - Bert van Marwijk, "Final tahun 1974, Belanda tampil sangat hebat melawan Jerman, tetapi kalah di akhir laga yang seharusnya kami menangi, karena kami memainkan sepak bola yang luar biasa."

Wesley Sneijder

Marwijk lebih menekankan peran penting Sneijder serta peran pemain lainnya dalam tim dan bermain lebih pintar, berlaku juga pada pemain yang duduk di bangku cadangan. Bicara taktik, ia menyuntikkan kestabilan dalam tim dengan mengubah cara bertahan secara tim dan efektivitas dalam penyerangan. Mereka demikian tajam dan mematikan saat menyerang. Sang pelatih mempunyai demikian banyak stok pemain bernaluri menyerang dalam diri Arjen Robben, Dirk Kuyt serta striker Robin va Persie. Termasuk dalam hal ini pemain gelandang yang menjadi 'otak' tim nasional Belanda, Wesley Sneijder. Arjen Robben lebih tegas lagi soal permainan yang dilakoni oleh tim mereka, ia mengatakan bahwa sudah tidak memperdulikan lagi mereka main indah atau tidak. Mereka belajar dari masa lalu, dimana saat mereka bermain indah, malahan tidak pernah juara. Walau demikian ujar sang legenda - Cruyff, menyatakan dirinya tetap bangga kepada siapa pun pemenang Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Belanda bisa saja seolah-olah meninggalkan kultur total football mereka, tetapi ia tetap merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter dan kultur sepak bola di kedua negeri itu. Benar. Selalu ada perasaan yang terlibat disana. Secara emosional hal ini yang membuat Cruyff akan tetap menjadi orang yang gembira, apa pun hasil final nanti. "Ya, saya pikir sangat fantastis bagi Spanyol karena menerima sesuatu yang bukan milik Anda (transfer ilmu "Total Football"). Tentu ini merupakan hasil proses panjang. Spanyol menyediakan sepak bola yang bagus untuk Belanda dan Barca," ungkap Cruyff. Final ini ternyata tak terlalu indah. Kita diberi suguhan permainan anti klimaks tim "Oranye" Belanda yang hanya pada awal laga mencoba menggempur. Tim "Matador" Spanyol mengimbangi dengan sepak bola "tiki taka" nya. Sepak bola tiki taka, begitulah gaya main "La Furia Roja" Spanyol. Gaya bersepak bola yang menekankan agar bola jangan menganggur lama di kaki pemain. Begitu mendapat bola, jugador Spanyol akan segera menyusun formasi agar bola bisa mengalir pendek dari kaki ke kaki... Di FC Barcelona - dimana 6 pemain tim nasional Spanyol berasal, gaya ini dikenal sebagai formasi 'berlian - segi tiga' sering dimainkan saat itu, kita melihat umpan-umpan pendek atau sedang, ketimbang mengirim bola jauh-jauh ke depan. Jarak antar pemain begitu rapat, sehingga bila ada pemain kehilangan bola, pemain lain segera menyongsong untuk merebut kembali... Bila di awal turnamen, mereka tumbang 0 - 1 dari Swiss atau bagaimana kewalahannya FC Barcelona melawan taktik ultra defensive dibarengi serangan balik kilat ciptaan José Mourinho melalui tim asuhannya FC Inter Milan saat laga Liga Champions 2010 April lalu, kali ini di final mereka benar-benar mampu terus mengendalikan jalannya pertandingan. Mereka memang tak bermain seindah saat di semi final, tetapi kerja keras yang diyakini akan tiba... "Kami hidup dan mati dengan cara ini. Kami tidak tahu cara bermain yang lain. Jadi, kami akan melakukan hal yang sama pada final dan semoga kami punya keberuntungan untuk menang," kata gelandang Spanyol, Andres Iniesta. Andres Iniesta-lah yang kemudian menghadiahkan "La Furia Roja" dengan goL nya di babak perpanjangan waktu babak kedua, menit ke 116...... Sungguh final yang brutal. Belanda bermain keras, lebih dari setengah lusin pemain mereka terkena kartu kuning, bahkan Johnny Heitinga terkena kartu kuning kedua alias dikartu-merahkan. Trofi Piala Dunia 2010 sekarang milk SpanyoL. Mereka begitu bergairah dan percayalah mereka cukup menghibur. Gairah mereka tertular ke seluruh penjuru dunia. Demam itu demikian terasa. Aaahhhh....... Laga final ini, begitu keras dan brutal, tetapi juga seksi...! Vamos, La Furia Roja.......!!! ---------- (Berbagai sumber kompas.com, Foto AFP/Christophe Simon) Artikel lain... kLik... Stories From The Road.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline