Lihat ke Halaman Asli

Don Zakiyamani

Penikmat Kopi Senja

Ibu Kota adalah Usaha Menciptakan Kota Baru

Diperbarui: 27 Agustus 2019   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: kompas.com

Ibu Kota akhirnya jatuh kepada Kalimantan Timur, menurut Presiden Jokowi ada dua kabupaten ideal di provinsi tersebut. Dan kebijakan yang mengalami proses pro dan kontra itu ada baiknya disyukri bahkan diapresiasi.

Terpilihnya sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanaegara Provinsi Kalimantan Timur, pastilah telah melalui berbagai pertimbangan termasuk ekonomi. Lahirnya megapolitan baru pastinya akan berdampak positif bagi iklim investasi.

Investor dipastikan tertarik dengan kota baru. Menurut saya ini cara pengembangan negara sekaligus pemerataan pembangunan. Selama ini bisnis besar hanya berada di Jawa. Kini pergeseran akan terjadi, Kalimantan akan menjadi salah satu pusat perputaran uang yang baru. Gedung-gedung perusahaan besar mau tidak mau akan tumbuh di Kalimantan.

Bisnis properti barangkali yang paling bersyukur dengan ibu kota baru. Setidaknya perumahan baru akan tumbuh yang biasanya akan diikuti dengan gerai-gerai dan pusat perbelanjaan. Selain itu bisnis transportasi baik yang start-up maupun tidak akan ikut dapat rezeki nomplok. Universitas dan lembaga pendidikan biasanya akan ikut berkembang.

Kota baru akan ikut menggairahkan ekonomi kita. Hal itu tidak terbantahkan. Sama halnya apabila terminal di kota anda mengalami perpindahan. Kota pastinya tumbuh dan berkembang diikuti dengan gairah ekonomi. Jakarta memang sudah terlalu padat, sudah terlalu megah, Indonesia butuh kota yang lebih segar.

Perubahan selalu mengorbankan hal lain. Dan itu tak terbantahkan. Hadirnya smartphone memudahkan kita melakukan pekerjaan dan komunikasi. Akan tetapi interaksi sesama di alam nyata terkorbankan. Sehingga dibutuhkan sikap bijak agar hal itu tidak terjadi. Demikian pula dengan ibu kota baru. Dampak lingkungan pasti kita dapati. Namun dengan cara bijak hal itu bisa dicarikan solusi.

Pembangunan sarana dan prasarana haruslah tetap mempertimbangkan aspek ramah lingkungan. Asalkan setiap pembangunan tidak melanggar regulasi yang ada, tidak akan terjadi kerusakan lingkungan. Sehingga ketakutan akan rusaknya lingkungan dapat diminimalisir.

Secara ekonomi sebagaimana diungkapkan di awal tulisan, Bappenas mencatatkan adanya pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 persen dengan pindahnya ibu kota. pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 persen bisa jadi angka yang cukup kecil. Namun, bila dikomparasi dengan total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional yang berkisar Rp 15 ribu triliun, maka pertumbuhan 0,1 persen itu menyumbang PDB sekitar Rp15 triliun.

Selain itu akan ada kenaikan harga modal sebesar 0,23 persen dan tenaga kerja sebesar 1,37 persen. Demikian kajian Bappenas atas pindahnya ibu kota negara. Kota baru itu nantinya akan diikuti dengan industri baru pula. Pusat industri tidak hanya di Jawa namun akan merata. Sjap dengan ibu kota baru? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline