Lihat ke Halaman Asli

Don Zakiyamani

Penikmat Kopi Senja

Sudahkah Kita Menyembelih Sifat "Kebinatangan" dalam Diri?

Diperbarui: 12 Agustus 2019   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto:merdeka.com

Thomas Hobbes pernah bilang, kita (manusia) sebagai homo homini lupus. Entah dengan berpikir jernih atau tidak, pernyataannya itu banyak benarnya. Kemarin dan saat ini kita saksikan nyaris di semua bidang kehidupan hukum rimba digunakan. Manusia bak binatang yang hanya ingin memuaskan hasratnya semata.

Tidak peduli apakah hasratnya itu melanggar hak orang lain, merusak ekosistem lingkungan, bahkan menghina aturan Tuhan yang adiluhur. 

Anehnya, mereka mengakui keberadaan Tuhan dengan segala aturan-Nya, namun di saat yang sama malah menistakan aturan itu sendiri. 

Padahal akal diberikan agar manusia memahami dan menemukan makna setiap aturan tersebut. Akal pula yang mengarahkan manusia agar berbuat kebajikan bukan malah sebaliknya. Dan dengan akal manusia harusnya beda dengan binatang.

Ibadah kurban yang dilaksanakan setiap tahun memberi isyarat kepada manusia agar menggunakan akalnya. Hewan kurban merupakan simbol dari sifat binatang dalam diri manusia agar disembelih. Ibadah ini bukan ajang pamer apalagi dijadikan ajang promosi politik.

Melalui ibadah ini seseorang harus dapat menyingkirkan sifat kebinatangan dalam diri. Menjadi percuma jika ibadah kurban hanya ritual tahunan tanpa makna. Karena bukan hewan kurban yang diinginkan Allah namun ketakwaan orang yang melaksanakan ibadah ini.

Jika dia seorang politisi maka akan menjadi politisi yang tindakannya memberi manfaat bagi sesama. Tidak curang, culas, licik, malah sebaliknya. Ia akan menjadi pribadi yang amanah, seseorang yang bertindak atas dasar kebaikan dan kebenaran. Begitu pula dengan profesi lainnya.

Binatang dalam diri manusia selama ini selalu mendominasi setiap tindakan manusia. Wajar bila ada kasus ayah kandung menghamili anaknya sendiri, seorang pemimpin agama membodohi pengikutnya, seorang kepala daerah maupun pemimpin politik mencuri uang rakyatnya sendiri.

Kita dapat temukan peristiwa-peristiwa itu dalam kehidupan sehari-hari. Dan tidak tertutup kemungkinan pelaku telah beberapa kali melaksanakan ibadah kurban. 

Sifat kebinatangan bukan hanya merugikan orang lain maupun negara. Sifat tersebut juga mempengaruhi diri sendiri. Ia menjadikan alat sebagai tujuan sehingga ia tak pernah mencapai tujuan itu sendiri.

Kesalahan itu berakibat pada seringnya manusia diperalat oleh alat. Ada manusia yang diperalat uang, ilmu, jabatan, kekuasaan, dan hal lainnya yang harusnya dijadikan alat namun malah memperalat manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline