Lihat ke Halaman Asli

Don Zakiyamani

Penikmat Kopi Senja

Manuver AHY di Akhir Kampanye

Diperbarui: 3 April 2019   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AHY bersama Sandiaga Uno/dok. Netralnews

Pernyataan Hashim Sujono Djojohadikusumo soal posisi menteri ternyata bukan pernyataan biasa, karena ia adik capres nomor urut dua, Prabowo. Selain itu, pernyataan tersebut seolah meniadakan kontribusi partai Demokrat. AHY dan beberapa petinggi Demokrat kemudian bereaksi keras.

Putra sulung SBY nampaknya kurang senang dengan pernyataan tersebut. Katanya pernyataan tersebut melukai hati rakyat. Sementara itu Andi Arief juga bereaksi yang bernada tinggi, mengingatkan bahwa 'perang' belum usai. Dan tentu saja pernyataan itu 'pukulan' bagi partai Demokrat. Lalu diamkah AHY?

Sebelumnya, AHY sudah bertemu Wiranto, entah apa yang dibahas akan tetapi di tahun politik pastilah membahas kemungkinan-kemungkinan. Bila Prabowo-Sandi tidak menggaransi kursi Menteri untuk AHY maka buat apa ia berjuang untuk Prabowo-Sandi. Itu artinya terbuka kemungkinan AHY berbalik arah mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Bila AHY berbalik arah, dan Jokowi-Ma'ruf menang, tentu akan menjadi 'hadiah' istimewa bagi masa depannya. Posisi menteri 5 tahun cukup bagi AHY untuk terus meningkatkan elektabilitasnya. Sudah pasti 2024 ia mengincar kursi capres maupun cawapres. Pintu itu hanya terbuka bila AHY menjadi pejabat publik selama 5 tahun kedepan.

Dengan habisnya periode Jokowi pada tahun 2024 maka AHY otomatis menjadi kandidat terkuat. Pada saat itu ia menjadi salah satu kandidat dari pemerintahan selain Puan atau Ridwan Kamil. Ini bila Jokowi-Ma'ruf yang menang dalam pilpres 2019. Kemungkinan Jokowi-Ma'ruf menang sangat besar apabila didukung AHY didetik terakhir.

Bermula dari pernyataan Hashim Sujono Djojohadikusumo, bukan mustahil akan berbalik. Politik memang dinamis, namun AHY juga butuh kepastian bukan angan-angan semata. Tentu saja politik juga ibarat berjudi, salah lempar kartu bisa kalah dan bila tepat meraih kemenangan.

Pertanyaannya sekarang, beranikah AHY berbalik arah? Demi masa depan tentu bisa saja dilakukan. Toh dalam politik saling khianat mengkhianati hal yang dianggap wajar dan sah. Membunuh atau dibunuh, berkhianat atau dikhianati. Keputusan itu yang harus dipahami AHY, dan manuvernya juga harus benar-benar sukses.

AHY punya alasan bermanuver di minggu terakhir. Pertama ia akan menyatakan bahwa partainya tak suka politik 'dagang sapi' yang dinyatakan Hasim. Kedua AHY pasti ingin menjadi capres atau cawapres pada 2024 sehingga bersama Jokowi lebih logis dan realistis. Komunikasinya dengan Wiranto merupakan titik awalnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline