Lihat ke Halaman Asli

Cinta Tuhan Menggerakkan

Diperbarui: 10 Juni 2024   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahan Bacaan: Buku Pegangan Edisi 2021, hlm. 65, no. 3.

Para saudara terkasih, sebagai orang Katolik, apa yang Anda rasakan ketika melihat salib Kristus? Coba amati salib saat memasuki gereja atau salib yang tergantung di dinding  rumah Anda masing-masing. Apa perasaan Anda? Mungkin ada di antara kita yang merasa bersalah karena salib dan patung tersebut mengingatkan kita pada penyaliban Tuhan Yesus, merasa takut karena berdosa atau perasaan-perasaan lain.

Saudara yang dikasihi Tuhan, saya sering menemui orang-orang datang ke gereja, ikut perayaan liturgi karena merasa bersalah. Merasa merasa telah melukai, menghina, mengkhianati Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dipenuhi rasa berdosa dan ketakutan menerima karma kalau tidak ikut liturgi bersama komunitas gereja.

Saya ingin mengajak kita menghayati iman dengan cara yang berbeda. Sebab, apabila penghayatan iman dipenuhi ketakutan dan rasa bersalah berlebihan, pembaktian diri kita pun terasa berat. Kita juga merasa jauh dari Tuhan. Mari kita melihat sisi lain dari peristiwa penyaliban Yesus. Ketika melihat salib atau lukisan dimana hati dan bekas paku di kedua tangan dan kaki-Nya mengalirkan darah, katakan pada diri sendiri bahwa itu merupakan bukti cinta Tuhan yang tiada tara. Cinta Tuhan tidak mengenal lelah dan batas. Cinta-Nya tergambar dari kasih sayang orangtua yang membekas sepanjang hidup anak-anak.

Bacaan hari ini mengajak kita untuk melayani dengan kekuatan cinta. Cinta yang tulus seperti yang kita dapatkan dari orangtua atau mereka yang mencintai kita sepenuh hati dan dari Tuhan sendiri sebagai Sang Mahakasih.

Pelayanan yang didasarkan pada pengalaman akan cinta dan diungkapkan karena cinta, sungguh tak terternilai. Bunda Teresa dari Kalkuta mendorong kita untuk melayani dengan cinta yang besar. Bunda Maria juga menjadi teladan bagi kita dalam menjawab panggilan Tuhan dengan hati penuh cinta. Semangat dan suasana hati yang penuh cinta kasih memampukan dia melakukan kehendak Tuhan dengan setia sampai akhir hidupnya.

Ave Maria

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline