Lihat ke Halaman Asli

Bersyukur karena Diterima

Diperbarui: 4 Juni 2024   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Inspirasi Kitab Suci: Matius 22:2-14

Para saudara yang dikasihi Tuhan, ditolak merupakan pengalaman menyakitkan dalam hidup. Apalagi kalau penolakan tersebut terjadi pada hal-hal besar. Misalnya, ketika melamar pekerjaan, pendidikan, pasangan hidup atau komunitas religius bagi mereka yang mau membaktikan diri secara khusus melalui tarekat tertentu. 

Sebagai makhluk sosial, ada masanya kita merasa sangat mencintai seseorang. Dari dalam diri kita muncul hasrat untuk menaruh harapan dan memberanikan diri melamarnya. Tetapi, kadang cinta yang tulus dan harapan besar untuk diterima tidak selalu berbalas dari pihak dia. Tidak tertutup kemungkinan kita ditolak. Setelah ditolak, kita bisa merasa terpuruk karena rasa kecewa, marah, malu dan seterusnya.

Dalam Injil Yesus mengisahkan bahwa ada seorang raja yang hendak mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Dengan penuh sukacita, ia ingin merayakan pesta dan bersukacita bersama para sahabat. Dia mengirimkan kepada mereka surat undangan ke pesta. Tetapi reaksi atau tanggapan para undangan di luar dugaan. Dalam bayangan kita, orang yang mendapat undangan ke suatu pesta bersemangat menghadiri. Tetapi yang terjadi ialah dengan berbagai alasan, para sahabat justru menolak undangan tersebut. Semua yang diundang tidak mau datang.

Para saudara yang dikasihi Tuhan, pengalaman ditolak menyadarkan kita betapa besar nilainya diterima. Ketika undangan atau lamaran kita diterima, kita merasa senang. Tetapi, penerimaan mengandaikan adanya tanggungjawab dari kita untuk menggunakan kesempatan diterima tersebut secara bertanggung jawab.

Pada hari pertama mendapat pengumuman kita diterima di suatu lembaga pendidikan, ada kebahagiaan dan rasa syukur dalam diri kita. Tetapi karena berbagai hal, semangat kita perlahan memudar. Kita menjadi tidak semangat lagi untuk belajar. Berhadapan dengan situasi seperti ini, kita perlu membangkitkan rasa syukur dan semangat yang pernah hadir dalam diri kita sehingga kita berada pada posisi sekarang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline