Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kerendahan Hati Bunda Maria

Diperbarui: 31 Mei 2024   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bacaan Rohani Halaman 31, no 2 "Meneladan Kerendahan Hati Maria Merupakan Akar dan Perlengkapan Karya Legio"

Alokusio

            Ave Maria para saudara-saudari semuanya....

            Para legioner yang dikasihi Tuhan, kita pasti merasa sedih apabila harus berpisah atau melepaskan sesuatu yang kita cintai. Kita berharap bisa menghabiskan beberapa waktu lagi dengan mereka, tetapi situasi tidak memungkinkan kita melakukannya. Saya mengingat pengalaman kedekatan dengan nenek saya, ibu dari ayah. Di masa tuanya, nenek sangat dekat dengan kami. Kami menghabiskan banyak waktu berada di sampingnya. Selain karena mendapat permen dan berbagai jenis jajanan, nenek sangat pandai menceritakan dongeng-dongeng menarik yang belum pernah kami dengar sebelumnya.

            Dengan menghabiskan banyak waktu bersama nenek, terciptalah kedekatan yang membuat kami selalu merasa senang tinggal bersama dia. Kedekatan tersebut berjalan selama bertahun-tahun, hingga saya berada di kelas dua SMP. Tidak lama setelah saya menginjakkan kaki di kelas dua, penyakit nenek sering kambuh. 

Beliau sering mengeluh kesakitan dan memohon agar segera dipanggilan sama Tuhan. Kami tidak tega melihat nenek berlama-lama dalam penderitaannya. Tetapi, di sisi lain, kami tidak mau nenek dipanggil Tuhan seperti yang dimintanya saat tidak kuat menahan sakit. Tidak lama berselang, nenek pun dipanggil Tuhan. Kami semua berlarut dalam kesedihan.

            Momen paling menyakitkan bagi saya ketika itu ialah peti nenek dimasukkan dalam liang lahat. Setelah ditabur sedikit bunga, orang-orang bergegas menutupnya dengan tanah. Begitu banyak keluarga yang tidak kuasa menahan tangis. Saya sangat sedih. Saya menangis dalam diam. 

Ingin rasanya menghabiskan waktu seminggu lagi bersama nenek, tetapi saya harus menerima bahwa harapan itu tidak akan pernah terpenuhi dan saya harus menerima kenyataan bahwa selama sisa hidup saya yang masih panjang ini tidak akan pernah mendengar dongeng dari nenek dan tidak juga menuntun tangannya di jalan menuju gereja.

            Para legioner terkasih, pengalaman melepas sesuatu menyadarkan kita bahwa segala sesuatunya akan kembali pada Tuhan bila waktunya tiba. Tentu saja ada banyak hal yang perlu dan pantas kita perjuangkan selama hidup di dunia ini. Tetapi dengan melepaskan pada waktunya menyadarkan kita bahwa banyak hal yang bukan sepenuhnya milik kita. Tuhan menitipkannya kepada selama kurun waktu tertentu. Pertanyaannya adalah bagaimana kita memperlakukannya.

            Ketika menyadari bahwa semuanya adalah milik Tuhan, muncullah kerendahan hati yang tulus dalam diri kita. Meskipun kita memiliki banyak hal di dunia, tetapi kita tetap rendah hati karena menyadari bahwa semua itu milik Tuhan. Semangat kerendahan hati menjadi pegangan bunda Maria sebagaimana kita dengar dalam bacaan hari ini. 

Tadi dikatakan dengan jelas bahwa Maria mengakui dengan tulus siapa dirinya di hadapan Allah. Segala sesuatu hanya pemberian cuma-cuma dariAllah kepada manusia. Hak Allah untuk menambah, mengurangi atau menarik kembali semua itu, sama seperti Dia sendiri yang memberikannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline