Bacaan Rohani no. 3, hlm. 345 Keberanian Seorang Legioner
Alokusio:
Saya percaya bahwa banyak dari kita yang memiliki niat-niat baik. Kita mengawali hari dengan pikiran positif. Kita ingin mengisi hari perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama kita. Kita ingin mencintai, menolong sesama, mengajarkan hal baru, membagikan senyum, memaafkan kesalahan mereka dan seterusnya. Tetapi karena berbagai alasan, kita menunda atau mengurung niat baik itu.
Patut dipertanyakan, mengapa kita sering mengurung niat baik? Mengapa kita enggan melakukannya? Salah satu alasan yang sering terjadi -- dan disebutkan dalam bacaan rohani tadi -- ialah kurangnya keberanian dari dalam diri kita. Kita tidak berani merealisasikan niat-niat baik karena belum bisa menguasai ketakutan-ketakutan. Keberanian dan ketakutan adalah dua sisi dalam diri kita yang berlawanan. Keduanya perlu tetapi harus proporsional. Keberanian berlebihan bisa membawa pada kehancuran dan ketakutan yang berlebihan juga bisa membawa akibat yang sama. Oleh sebab itu, perlu kebijaksanaan dalam diri masing-masing orang untuk mengendalikannya secara proporsional.
Dalam bacaan yang kita dengarkan hari ini, kita diajak untuk tidak membiarkan ketakutan menghalangi niat-niat yang hendak kita lakukan. Kita harus berani berinisiatif memulai hal baik. Tidak dapat disangkal bahwa kadang terlintas pemikiran negatif tentang tanggapan orang lain. Kita khawatir kalau-kalau mereka mencemooh, mencaci-maki, mengkritik atau menjadikan kita bahan lelucon. Merasa tidak kuat menerima bila kemungkinan itu terjadi, kita mengurung niat baik itu dengan memilih tidak melakukannya.
Dalam bacaan yang kita dengarkan, kita diajak untuk belajar dari Santo Paulus. Dalam tugas pelayanannya, rasul Paulus yang bersedia mendapat perlakukan buruk atas kebaikan-kebaikannya. Dia malah bersukacita karena dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus (Kis 5:41). Meskipun dia mewartakan Sabda Allah, kebenaran, kebaikan, tetapi ada saja orang yang mencemooh. Mungkin kita juga sering mengalami hal serupa dalam perjalanan hidup kita.
Rasul Paulus tahu bahwa akan selalu ada orang-orang yang tidak sependapat dengan kita. Ada orang-orang yang kesukaannya menghalangi, merintangi, mencemooh setiap perbuatan kita. Sebagai para pengikut Kristus, kita tidak menjadikan kehadiran mereka sebagai alasan untuk tidak berkutik. Kalau memiliki keberanian, kita pasti bisa memberikan kontribusi positif, sapaan Tuhan bagi sesama manusia di sekitar kita.
Marilah kita belajar mengolah rasa curiga, pikiran negatif yang menghalangi kita menyatakan niat baik dalam tindakan konkrit. Kalaupun ada ognum-ognum yang merintangi perjalanan kita, marilah kita hadapi bersama Kristus. Marilah menyatukan pergumulan dan penderitaan kita dengan penderitaan Tuhan Yesus yang tersalib dan wafat agar kita pun bangkit bersama Dia.
Ave Maria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H