Para saudara terkasih, ketika mendaftarkan diri menjadi anggota suatu institusi, kita selalu diwajibkan mengikuti aturan-aturan yang terdapat di dalamnya. Selain aturan, kita diperkenalkan pada hak para anggota, visi-misi institusi dan seterusnya. Sebelum disahkan menjadi anggota, kita harus berjanji untuk taat dan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Setiap lembaga membuat aturan untuk mencapai target atau tujuan-tujuan yang diharapkan. Terlepas dari apa tujuan lembaga, aturan membentuk kita menjadi pribadi yang konsekuen. Dengan pengandaian, kita menerima dan menghidupi konsekuensi dari pilihan atau keanggotaan kita. Konsekuensinya tidak lain adalah mengikuti aturan dan berbagai dinamika yang terjadi serta berusaha mencapai tujuan kita selaras dengan kesepakatan dengan lembaga.
Melalui Injil hari ini, Tuhan Yesus memberi kita perumpamaan tentang orang yang tidak konsekuen. Dikisahkan, ada sekelompok orang yang dipercaya menjadi penggarap kebun anggur seorang tuan. Saya membayangkan bahwa mereka telah berjanji mengurus kebun dan menyerahkannya kepada tuan tahan waktu sang tuan menghendakinya. Karena itulah tuan tanah mau menyerahkan kebunnya. Akan tetapi, apa yang terjadi? Orang-orang yang ditugaskan mengurus kebun mengadakan persekongkolan di antara mereka. Mereka lupa diri dan merencanakan kecurangan. Mereka tidak lagi memikirkan kesepakatan, perjanjian, aturan dan konsekuensi dari kepercayaan pemilik kebun. Mereka membunuh utusan pemilih kebun itu, termasuk anaknya sendiri.
Para saudara sekalian, mari kita bertanya pada diri sendiri, apakah saya setia pada janji ketika masuk suatu lembaga? Apakah saya tidak menjadi pengecut yang hanya pandai berkata-kata, mencari pembenaran atas pelanggaran dan bertindak sekehendak pirbadi? Apakah saya setia pada tuan kebun yang memberi kepercayaan? Demikianlah cara kita belajar hidup secara konsekuen.
Sebagai orang beriman Kristiani, marilah kita membangun kepercayaan pada pemilik kebun anggur kehidupan yakni Tuhan sendiri. Marilah kita hidup setia dan konsekuen dalam mengikuti dan menghidupi dinamika hidup di komunitas atau lembaga dimana kita menjadi bagian di dalamnya. Dengan cara ini, buah anggur yang seharusnya kita tuai tidak diberikan kepada orang lain. Harapannya, buah-buah dalam bentuk kebahagiaan, sukacita dan nilai-nilai yang baik, prestasi-prestasi, kedamaian dalam berkat Tuhan mewarnai hidup kita. Tetapi, kadangkala buah anggur itu diberikan kepada orang lain atau komunitas lain karena kita tidak setia, tidak konsekuen dalam menjalani kehidupan.
Marilah kita belajar setia supaya berkat Tuhan, buah-buah kebun anggur nyata dalam kehidupan kita.
Crescat et Floreat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H