Salah satu filsuf modern yang paling terkenal dan berpengaruh adalah Friedrich Wilhelm Nietzsche. Ia berasal dari keluarga Protestan Lutheran di Sachsen. Orang ini sangat keras menentang konsep ketuhanan (dalam agama Kristen). Ia memimpikan suatu dunia di mana semua orang tidak menggantungkan dirinya pada Tuhan sebagaimana yang kita lihat atau alami sebagai orang beriman.
Sebab menurut dia, sikap menggantungkan hidup pada suatu entitas transenden berarti memerangi kehidupan nyata dan alam serta mengekang daya-daya vital manusia. Ia mengatakan bahwa sudah waktunya kita harus sadar bahwa kita hidup di dunia yang real. Kita harus menghadapi dunia real ini secara maksimal. Kita tidak boleh menunggu akhirat atau dunia surgawi.
Umat manusia sudah terlalu lama menolak berhadapat dengan realitas nyata. Ia adalah sikap pengecut dan penolakan terhadap dunia. Sikap semacam itu harus dihindari oleh setiap orang supaya hidup sebagai manusia yang otentik. Jadi, manusia sejati menurut Nietzsche adalah orang yang tidak mengait-ngaitkan kehendak Allah yang sering tidak dapat dipahami atas dirinya.
Pemikiran Nietzsche di atas menarik untuk direnungkan. Dari pemikiran ini, muncul pertanyaan menohok untuk orang beriman: apakah kita beriman 'hanya' karena tidak mau menghadapi realitas hidup? Apakah kita beriman hanya karena tidak mau bersusah-susah menganalisis peristiwa-peristiwa hidup?
Apakah kita beriman karena ditakuti oleh orang-orang lain? Atau kita beriman karena memiliki pengalaman rohani dengan Tuhan? Pengalaman itu terkadang tidak bisa dijelaskan secara logika matematis, tetapi kita dan orang-orang di sekitar kita sungguh-sungguh merasakan penyertaan, kasih, pengampunan, belas kasih Tuhan.
Melalui tulisan ini, penulis menantang pembaca untuk merenungkan mengapa anda beriman atau mengapa anda tidak beriman? Berilah jawaban yang bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H