Pepohonan yang rindang suatu saat bisa jadi akan mati menua, sungai-sungai akan mengering, tanah yang dulu subur jadi gersang, makhluk hidup akan menua dan meregang nyawa, harapan-harapan yang dulunya berkobar akan padam, namun sampai kapan pun cinta tak akan pernah mati. Ia akan terus hidup seiring dengan waktu yang berjalan pasti.
Cinta akan selalu dikenang dan dirayakan. Ekspresinya bisa bermacam-macam. Salah satu ekspresi cinta yang jamak kita kenal adalah dengan lagu. Lewat lagu, ekspresi cinta menjadi begitu hidup seturut dengan barisan kata dan nada yang dicipta. Maka, tak heran bila sampai kini jutaan lagu cinta telah tercipta: terdengar di telinga dan ternyanyikan oleh suara kita. Karena cinta tak pernah mati, maka daftar lagu cinta pun akan terus beranak-pinak hingga nanti.
Sebagaimana cinta yang sifatnya universal: melampaui batasasan-batasan suku, agama, ras, usia, sosial-ekonomi, pendidikan, dsb. Demikian juga dengan lagu cinta. Ia melampaui genre musik yang ada. Mulai dari lagu yang bergenre pop, rock, jazz, ska, RnB, reggae, dangdut, keroncong, melayu, bahkan tembang daerah sekalipun ramai membicarakan tentang cinta dan menulis syair serta nada tentangnya.
Bagi industri musik, lagu bertema cinta seolah menjadi ladang penghasil uang yang tak pernah gersang. Cinta disorot dari berbagai aspeknya. Mulai dari perasaan ketika jatuh cinta, rindu yang membuncah, konflik perselingkuhan, cinta segitiga, cinta tak berbalas, rasa kecewa dan haru saat berpisah, ajakan untuk kembali menjalin cinta, sampai penolakan dari orangtua, dst. Tema-tema lazim soal cinta itu terus digali seakan tak pernah habis untuk dijadikan inspirasi. Maka, tak heran bila industri musik pun penuh dengan deretan penyanyi/band yang membawakan lagu- lagu bertema cinta.
Di industri musik tanah air kita, cukup banyak lagu cinta yang gaungnya masih terdengar hingga kini. Sebut saja, Widuri (Broery Marantika), Kala Cinta Menggoda (Chrisye), Kangen (dewa 19), Sempurna (Andra & The Backbone), dan masih banyak lagi. Pada mereka, soal cinta dikemas dengan begitu apik: lirik yang melekat di kepala, nada yang bergaung di gendang telinga. Namun, cukup banyak juga lagu cinta yang dikemas hanya untuk memenuhi selera pasar. Tak bisa dipungkiri bahwa dewasa ini industri musik kita dijejali dengan penyanyi/band yang mengusung lagu-lagu cinta dengan lirik yang dangkal, pun juga dengan irama yang seragam, sendu, mendayu-dayu. Ya, kita bisa berargumen bahwa soal selera tidak bisa diperdebatkan. Tapi saya yakin, generasi mendatang tidak bakal ingat lagi lagu-lagu yang mereka ciptakan. Lagu cinta mereka cepat meledak di pasaran, namun tak berapa lama sudah meredup di pentas musik tanah air, digantikan dengan lagu lain yang senada. Ah, catatan ini tidak bermaksud untuk membahasnya lebih jauh. Yang jelas, selama cinta terus hidup dan bertumbuh di hati tiap orang, lagu-lagu cinta akan terus tercipta, tak peduli apakah ia akan abadi di ingatan orang atau cepat dilupakan orang. Sebab, (lagu) cinta tak pernah mati!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H