Lihat ke Halaman Asli

Domi Maghu

Menulis adalah senjata terbaik mengungkap kemunafikan.

Sistem Pendidikan Indonesia dengan Pendekatan Letak Geografis

Diperbarui: 15 April 2020   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Beberapa bulan yang lalu saya membaca sebuah buku yang cukup menarik, judulnya mencegah Revolusi sosial dalam buku tersebut memaparkan banyak hal, mulai dari ekonomi, politik, kesehatan, hingga pendidikan. Namun yang paling menarik dan menjadi kejutan ketika saya membaca buku itu adalah sistem pendidikannya.

Sistem pendidikan letak Geografis begitulah Isak Rafik menamainya, sistem pendidikan dengan letak Geografis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan meyode paulo freara yaitu pendidikan hadap masalah, kalau pendidikan hadap masalah berbica mengenai penyelenggaraan pendidikan secara demokratis yaitu guru menjadi subyek sekaligus menjadi obyek.

Sementara sistem pendidikan ala Isak Rafik adaalah menyelenggarakan pendidikan secara kontekstual seperti berdasarkan kebutuhan dan potensi wilaya tempat murit-murit tersebut didik.

Ini berkaitan juga dengan cita-cita bung Karno yang mengatakan biarkanlah anak cucuku di kemudian hari mengelola dan memanfaatkan sumber Daya Alam yang ada.

Dengan pendidikan hadap masalah maka anak yang ada di papua akan didik menjadi penambang Emas profesional, di daerah pertanian di bangun sekolah pertanian dan mendidik anak-anak berdasarkan potensi pertanian, kita tidak lagi didik seperti saat ini dimana kita belajar untuk menjadi seorang buruh profersoanal, sistem pendidikan yang semacam ini yang mengharapkan siswanya bisa mengisih kekurangan buruh dari perusahan tidak akan membuat suatu kemajuan.

Kita sudah menyaksikan sendiri yang sudah tertanam di dalam pikiran setiap orang indonesia, dia mengantar anaknya ke-Universitas dan berharap anaknya bisa bekerja di perusahan dengan gaji yang besar. Tidak peduli sumber gaji berasal dari Sumber daya alamnya sendiri yang dimana keuntungannya di ambil oleh kapitalisme yang rakus dan tidak berprikemanusian itu.

Kita punya banyak model pendidikan seperti model ki hajar dewantoro yang begitu brilian namun pemerintah enggan menggunakannya dan lebih memilih membuat sistem pendidikan sesuai dengan permintaan pasar, bukan pada mencapai cita-cita kemerdekaan yang tertuang dalam alinea ke-4 pembukaan UUD Yaitu tentang Mencerdaskan kehidupan Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline