Lihat ke Halaman Asli

Domenico Wisnu

Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY

Peduli Hak-hak Bersama, Orientasi Nilai Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 21 Oktober 2020   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Ilustrasi BPUPKI sedang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia | bobo.grid.id

Berdirinya kementerian ini adalah untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk-pemeluknya (H. M. Rasjidi dalam Raditya, 2019)

Hai sobat Kompasiana, 

Pernahkah kalian sadari bahwa sikap yang kalian lakukan dipengaruhi oleh budaya yang kalian miliki? Atau sebaliknya budaya yang kalian miliki dan yakini akan melahirkan produk-produk atau sikap-sikap tertentu? Misalnya kalian memiliki kecenderungan sikap tidak tergesa-gesa dan santai atau justru kalian selalu bekerja keras karena khawatir akan kehidupan masa depan kalian.

Sikap yang kalian lakukan tersebut bergantung pada budaya (lebih tepatnya orientasi nilai) yang kalian miliki atau yakini, lho.

Apa itu orientasi nilai atau value orientation?

Orientasi nilai merupakan bagian dari nilai budaya yang terbentuk sebagai pedoman akan hal-hal yang penting dalam menjalani hidup bagi penganut budaya tertentu. Kluckhohn dan Strodtbeck (dalam Samovar, 2017) menyebutkan setidaknya terdapat empat orientasi nilai, yakni (1) human nature orientation, (2) human/nature orientation, (3) time orientation, dan (4) activity orientation.

Secara sederhana, human nature orientation berpandangan bahwa manusia bersikap berdasarkan persepsinya terhadap sifat dasar manusia: jahat, baik dan jahat (kombinasi), dan baik. 

Berbeda dengan human nature orientation, orientasi kepada manusia/alam (human/nature orientation) menitikberatkan hubungan manusia dengan alam, baik manusia sebagai penguasa alam, sejajar dengan alam, atau dikuasai oleh alam. Sedangkan orientasi nilai dan aktivitas (time orientation dan activity orientation) merupakan sikap yang dipengaruhi oleh penilaian manusia terhadap waktu atau aktivitas mereka.

Berbeda dengan Kluckhohn dan Strodtbeck, Hofstede memiliki dimensi orientasi nilai yang berbeda. Hofstede menyatakan bahwa setidaknya terdapat lima dimensi orientasi nilai yang terkandung dalam suatu budaya, yakni (1) individualisme atau kolektivisme, (2) menghindari kekuasaan tingkat tinggi atau rendah, (3) pengaruh kekuasaan tingkat tinggi atau rendah, (4) maskulinisme atau femininisme, dan (5) orientasi nilai jangka panjang atau pendek.

Nah, untuk memahaminya lebih dalam simak contoh berikut ini, ya!

Kemenag RI produk orientasi nilai masyarakat Indonesia

Kali ini penulis tidak akan memberikan contoh yang bersifat dinamis seperti peristiwa atau sikap tertentu namun produk budaya berupa benda. Namun demikian, tetap saja produk tersebut berasal dari sikap yang lahir oleh karena orientasi nilai tertentu. Produk orientasi nilai tersebut adalah Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).

Meskipun banyak perdebatan mengenai peran kementerian agama di Indonesia yang beredar, pada kesempatan ini penulis tidak akan ikut memperdebatkan. Penulis hanya akan menganalisis mengapa kementerian agama sebagai produk dari orientasi nilai yang dianut masyarakat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline