Mencuat pemberitaan belum lama ini mengenai aksi kirim surat aspirasi sejumlah petani dan pekerja tembakau ke masing-masing pasangan calon Pemilihan Presiden 2024 (paslon Pilpres).
Petani dan pekerja tembakau itu menuliskan segala harapan dan cita-citanya untuk setiap capres cawapres agar kedepannya siapa pun yang terpilih dalam Pilpres dapat membuat kebijakan ekosistem pertembakauan yang berkeadilan serta melindungi profesi mereka.
Dalam surat aspirasi itu (yang diinformasikan media), petani dan pekerja tembakau selama ini telah merasa tertekan dengan berbagai peraturan tidak berpihak ke mereka. Jelas bagi petani dan pekerja tembakau menjadi ancaman untuk kesejahteraan hidupnya kedepan.
Surat yang dikirim Asosiasi Petani dan Pekerja Tembakau Nusantara (APPTN) itu mewakili kegelisahan seluruh rekan seprofesinya di Indonesia. Surat aspirasi tersebut langsung diantar ke posko tim sukses masing-masing capres cawapres.
Yang sudah diketahui bahwa KPU telah menetapkan tiga paslon Pilpres 2024. Tercatat nama Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka; Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Paslon capres cawapres Prabowo-Gibran tentu saja sudah pasti ikut menjadi sasaran kiriman surat aspirasi para petani dan pekerja tembakau di Indonesia itu. Di markas tim 02 Prabowo-Gibran, para petani dan pekerja tembakau diterima salah seorang pengurus Tim Kampanye Nasional (TKN).
Namun yang diharapkan para petani dan pekerja tembakau seluruh Indonesia bukanlah sekadar surat diterima secara baik. Bukan itu esensi kedatangan petani dan pekerja tembakau yang jauh datang dari Jawa Timur menuju Jakarta!
Tetapi, kepastian tindak lanjut surat aspirasi dari paslon Prabowo-Gibran merealisasikan apa pemikrian strategis mereka berdua terhadap keberlangsungan masa depan ekosistem pertembakauan yang positif.
Petani dan pekerja tembakau di seluruh Indonesia ingin mendengar langsung bagaimana kebijakan Prabowo-Gibran terhadap masa depan ekosistem pertembakauan yang melindungi dan stabil.
Bersikap diam saja atas surat aspirasi, sama saja mengabaikan kesejahteraan petani dan pekerja tembakau sebagai bagian rakyat Indonesia. Jangan sampai Prabowo-Gibran hanya memandang surat itu sebagai kertas kosong tanpa arti!