Sebagai seorang dokter saya trenyuh mendengar laporan teman2 dokter yang ada di Palu saat ini yang sedang melakukan aktifitas relawan. Saya sendiri saat ini melakukan koordinasi dengan teman2 yang ada di lapangan dan mempersiapkan tim medis yang akan dikirim selanjutnya.
Saya berdiskusi dengan teman2 di lapangan dan inti diskusi ini adalah jenazah yang terkumpul harus segera di kuburkan karena kondisi semakin rusak, korban sakit dalam perawatan harus ditolong dan masyarakat di pengungsian jangan jatuh sakit.
RS harus di support penuh agar korban sakit bisa tertolong. Ketersediaan sarana prasara RS harus ada tenda2 untuk perawatan pasien harus diadakan apalagi gempa dengan skala tidak terlalu besar terus terjadi.
Berbagai peralatan medis, obat2an, dan bahan habis pakai harus terus diadakan dan di kawal secara militer untuk sampai di RS. Masyarakat yang hidup di pengungsian juga harus dijaga kondisi lingkungan dan makan minumnya agar bisa lebih tenang.
Berbagai kebutuhan dasar masyarakat harus segera diperbaiki dan diadakan listrik, air, akses2 jalan2 utama untuk pengiriman sembako dan obat2an harus dikawal militer.
Dalam kondisi seperti bantuan yang dilakukan harus berdasarkan skala prioritas.
Berdasarakan pengalaman menjadi relawan di Gempa Aceh, Jogja dan Sumbar saya memberikan catatan yang dapat menjadi patokan untuk penanganan korban di pengungsian.
Beberapa upaya yang harus diperhatikan di lingkungan pengungsi Korban Gempa dan Tsunami Palu-Donggala:
1. Para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian, ini juga membuat mereka tenang karena kebutuhan hidup dasarnya dipenuhi. Pengadaan sembako pada lokasi pengungsian dengan jumlah besar harus dikawal oleh militer
2. Dapur-dapur umum yang tersedia selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum.
3. Usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar.