Lihat ke Halaman Asli

Dr.Ari F Syam

TERVERIFIKASI

Akademisi, Praktisi Klinis,

Sakit Maag, Jangan-jangan Anda Menderita Infeksi Helicobacter Pylori

Diperbarui: 8 Oktober 2017   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: medcomic.com

Pada manusia, infeksi kuman Helicobacter pylori (H pylori) ini bisa tanpa gejala, atau bisa jadi pasien seperti merasakan sakit maag dan datang dengan perdarahan saluran cerna atas. Gambaran kelainan yang terjadi bisa berupa gangguan fungsional lambung, luka permukaan dinding lambung, tukak lambung atau usus dua belas jari, bahkan sampai kanker lambung.

Pengalaman klinis saya masih menemukan pasien yang datang karena perdarahan lambung dan ternyata dari hasil pemeriksaan endoskopi, didapatlah kanker pada lambung pasien tersebut. Pemeriksaan lebih lanjut pada pasien tersebut ditemukan infeksi kuman H pylori sebagai penyebab kanker lambung tersebut. WHO sendiri sudah menyatakan bahwa kuman ini sebagai zat karsinogen yang bisa menyebabkan kanker.

Saat ini laporan dari berbagai pusat penelitian termasuk juga dari sentra-sentra pendidikan di Indonesia yang menunjukkan bahwa prevalensi infeksi H pylori ini memang sudah menurun tetapi tetap harus diwaspadai.

Dalam 3 tahun terakhir sejak Januari 2014 sampai tahun 2017, Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia khususnya Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI) melakukan penelitian di 20 RS Indonesia, baik yang mempunyai fasilitas maupun RS yang belum mempunyai fasilitas endoskopi. Untuk rumah sakit yang belum mempunyai peralatan endoskopi kita membawa sendiri peralatan endoskopi untuk melakukan penelitian tersebut. Penelitian ini bekerja sama dengan peneliti Jepang Prof Yoshio Yamaoka dari Universitas Oita, Jepang. Prof Yamaoka sendiri menjadi guru besar di Universitas Houston USA. Penelitian Helicobacter pylori ini juga merupakan bagian dari survei endoskopi yang didukung oleh Asia Pacific Society of Digestive Endoscopy (APSDE), organisasi perhimpunan endoskopi saluran cerna Asia Pasifik.

Penelitian ini diketuai oleh saya sendiri dan melibatkan berbagai peneliti gastroenterologi serta pusat-pusat pelayanan kesehatan di berbagai kota di Indonesia. Penelitian ini telah menghasilkan 1 orang PhD dari Universitas Oita Dr. Muhammad Miftasurur SpPD, PhD dari Unair yang secara aktif membantu penelitian multi centre ini. Penelitian ini juga telah menghasilkan beberapa konsultan penyakit lambung dan pencernaan dan beberapa spesialis penyakit dalam.

Adapun RS yang dilibatkan dalam penelitian besar ini yang merupakan bagian dari Indonesian Wide Study of Helicobacter pylori (IWS Hp): RS Zainal Abidin Aceh, RS Adam Malik, Medan, RSUD Dolok Sanggul (Sumatera Utara), RS Pangururan, Samosir (Sumatera Utara), RSUP M. Djamil Padang (Sumatera Barat), RSUP M. Hoesin Palembang (Sumatera Selatan), RS. Gunung Sitoli, (Pulau Nias), RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, RSUD Cimacan (Jawa Barat), RSUD Soetomo, Surabaya (Jawa Timur), RSUD Bangli (Bali), RS Antonius, Pontianak (Kalimantan Barat), RS Prof Kandau Manado, (Sulawesi Utara), RS Wahidin, Makassar (Sulawesi Selatan), RS Undata, Palu (Sulawesi Tengah), RSUD Kolaka, Sulawesi Tenggara, RSUD Yowari, Jayapura (Papua), RSUD Merauke (Papua), RSUD Prof Johanes, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), RSUD Bangli, Bali.

kolaka-survey-59d97d2743322f49ea76b282.png

Tujuan penelitian multicentre ini yaitu untuk mengetahui angka kejadian infeksi ini, faktor risiko, keragaman genotip, dan pola resistensi Helicobacter pylori di Indonesia serta memelajari mekanisme molekular patogenesis kuman H pylori ini di Indonesia melalui data genom dan data klinis yang diperoleh. Total responden penelitian yang telah diperoleh mencapai angka 1100 pasien. Selama penelitian berlangsung, saya sebagai peneliti utama beserta Prof. Yoshio Yamaoka turut hadir di setiap lokasi penelitian untuk keperluan pengambilan data tersebut.

Sampai sejauh ini hasil penelitian multicentre ini telah menghasilkan 5 publikasi internasional yang dapat diakses di www.pubmed.com. Berbagai data masih terus dianalisa untuk dilaporkan dalam bentuk publikasi ilmiah di jurnal internasional.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat membangkitkan semangat dan antusiasme para sejawat lainnya untuk melakukan penelitian di bidang gastroenterologi di Indonesia. Hasil publikasi penelitian ini diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas penelitian Indonesia di mata dunia dan jumlah publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah bereputasi internasional.

Publikasi kedua dari penelitian Helicobacter pylori dipublikasi pada salah satu jurnal ternama kedokteran Plos One pada edisi 23 November 2015 melaporkan tentang angka kejadian dan risiko terjadi infeksi H pylori. Penelitian tentang infeksi Helicobacter pylori ini merupakan update terbaru mengenai angka kejadian infeksi Helicobacter di Indonesia yang meliputi 5 pulau besar di Indonesia. Laporan kedua ini meliputi 267 pasien awal yang kami recruit di awal penelitian yaitu pasien dengan sakit maag atau dispepsia. Penelitian berlangsung selama 1 tahun sejak Januari 2014 sampai dengan Februari 2015.

Pasien terdiri dari 143 wanita dan 124 laki-laki, umur rata-rata pasien 47,5 +/- 14,6 tahun dengan pasien termuda 17 tahun dan paling tua 80 tahun. Penelitian ini dilakukan di Medan, Jakarta, Surabaya, Makasar, Pontianak, dan Papua. Semua pasien dilakukan endoskopi dan dilakukan biopsi untuk diperiksa adanya kuman pada pasien tersebut. Pemeriksaan biopsi meliputi pemeriksaan langsung adanya kuman, pemeriksaan histopatologi untuk melihat secara langsung adanya kuman serta pemeriksaan kultur kuman. Dari 267 pasien tersebut 70 bersuku Batak, 54 etnik Tionghoa, 42 suku Jawa, 30 suku Bugis, 40 suku Dayak, 21 suku Papua, 3 Madura, 2 Aceh, 2 sunda, 1 suku Banjar, 1 Bali dan 1 Ambon.

Dari hasil penelitian ini kami mendapatkan prevalensi dari kuman H pylori di Indonesia hanya 22,1 %. Angka ini menunjukan bahwa 1 dari 5 pasien dispepsia (sakit maag) mengalami infeksi H pylori. Suku bangsa dan sumber air minum menjadi faktor risiko terjadi infeksi kuman H pylori. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline