Om Telolet Om sudah menjadi fenomena dunia bahkan beberapa tokoh dunia bereaksi atas frasa "Om Telolet Om". Ini semua bisa terjadi karena peran media sosial. "Om Telolet Om" bisa digunakan sebagai kontrol untuk kita atau sebagai pengingat agar break dalam mengerjakan sesuatu. Beberapa pihak ada yang berespon negatif terhadap "Om Telolet Om" tersebut.
Sepertinya fenomena ini adalah sesuatu yang sangat mengganggu dan bahkan ada yang menghubungkan dengan bahasa Suryani dengan arti "aku Yahudi". Ada skenario besar dibelakang fenomena ini katanya.
Ada lagi yang menyebut fenomena "Om Telolet Om" adalah karena kegagalan orang tua dalam mendidik anak sehingga anak2 tidak memanfaatkan waktunya dengan baik dan hanya bergerombol dipinggir jalan dan minta supir bus untuk membunyikan klakson...Ah jangan lebai lah...fenomena ini hanya sesaat dan akan hilang dengan sendirinya...
Saya pribadi melihat ini adalah fenomena biasa ketika anak2 yang bermain di pinggir jalan dan menikmati kegaduhan yang muncul dari klakson bus. Kebetulan ada yang cerdas mengabadikan dengan camera hand phone dan jadilah sebuah hiburan kecil di youtube. Karena video ini banyak diminati, makin banyak orang yang membuat video sejenis jadilah frasa "Om Telolet Om" tersebut mendunia.
Saya juga punya pengalaman masa kecil ketika bermain2 dipinggir jalan untuk melihat kendaraan lalu lalang termasuk mendengar klakson yang keluar dari kendaraan yang lalu lalang tersebut.
Saya ingat 40an tahun lalu ketika masih bercelana pendek tinggal di salah satu gang padat di daerah Tanah Abang Jakarta. Saya akan merasa senang dan bahagia jika mendengar bunyi klakson bis antar kota. Sebenarnya jalan di depan gang saya tinggal tidak dilalui bus antar kota. Tetapi menjelang lebaran saat bulan Ramadhan, saat pasar Tanah Abang dipenuhi para pedagang kaki lima, bus antar kota yang akan masuk terminal bus Tanah Abang harus memutar melalui jalan KH Mas Mansyur dulu. Puluhan tahun lalu setiap bulan Ramadhan sekolah diliburkan.
Disitulah saya bersama teman2 sebaya saya sesama anak SD menonton bus2 antar kota tersebut lewat di jalan besar tersebut biasanya ini kami lakukan selepas bermain bola di tanah kuburan di jalan depan gang kami tinggal..dan yang menarik buat kami saat itu suara Klakson dari bus antar kota tersebut....saya ingat kami suka teriak2 untuk minta dibunyikan klakson...."Bang Klakson Bang" maka si supir akan membunyikan klaksonnya..bem..bem...tidak telolet seperti saat ini. Ternyata kesenangan anak2 di era gadget juga sama saat 40 tahun lalu dimana telepon dirumah saja tidak ada minta supir bus membunyikan klaksonnya...
Memang hal yang harus kita waspadai bahwa permintaan "Om Telolet Om" tidak boleh menggejala ke jalan2 utama bahkan jalan tol. Beberapa hari yang lalu ada sejumlah anak2 yang minta "Om Telolet Om" menjelang pintu keluar tol Bandara Soekarno Hatta. Sungguh berbahaya bukan saja buat anak2 atau orang yang meminta yang membunyikan klakson tetapi juga mengganggu bagi pengendara lain yang terganggu atau terpecah konsentrasi saat berkendaraan.
Karena kita tetap harus konsisten bahwa fungsi klakson adalah sebagai media komunikasi antar pengendara, maka klakson seharusnya baru digunakan ketika ada keperluan untuk komunikasi tersebut. Jadi kalau membunyikan klakson tanpa alasan jelas, tak ubahnya seperti orang gila yang bicara sendiri. Jadi tetap sebenarnya si supir harus tetap bijaksana dalam membunyikan klakson tersebut. Sekali-kali tentu boleh lah memenuhi permintaan anak2 tersebut tapi juga tidak boleh kebablasan. Saya yakin fenomena ini tak akan lama dan akan berlalu ketika masa liburan sudah selesai.
Sekali lagi "Om Telolet Om" mengingatkan masa kecil saya yang pada waktu tertentu minta "Bang Klakson Bang"...bem...bem.. kami semua merasa senang dan bahagia..
#bahagiaitumurahternyata #salamsehat..