Mitos utama seputar puasa Ramadhan yang berkembang dalam masyarakat adalah bahwa puasa Ramadhan akan memperburuk gangguan sakit maag pada orang yang memang sudah ada masalah dengan lambung. Dasar kenapa mereka menganut mitos ini adalah berpatokan bahwa orang yang sakit maag harus makan dengan frekuensi sedikit sering dan sedikit. Hal ini tidak akan terjadi jika mereka yang mempunyai sakit maag, karena harus berpuasa tidak ada makanan dan minuman yang masuk selama 13-14 jam. Memang betul kalau orang yang mempunyai masalah dengan sakit maag harus mengkonsumsi makan sedikit dan sering. Hal ini memang ada benarnya tetapi jika kita melihat klasifikasi dari sakit maag itu sendiri bahwa sakit maag dibagi menjadi sakit maag fungsional dan sakit maag organik. Sebagian besar berdasarkan hasil penelitian, 70-80 % sakit maag yang ada di masyarakat adalah sakit maag fungsional. Sakit maag fungsional terjadi karena ketidak teraturan makan, kebiasaan mengonsumsi camilan yang tidak sehat sepanjang hari yang dapat memperburuk sakit maag nya seperti makanan asam, pedas, coklat dan keju. Merokok sepanjang hari jika yang bersangkutan memang seorang yang merokok. Selain itu sakit maag juga berhubungan dengan faktor stress baik di keluarga atau pekerjaan. Jika mereka berpuasa maka makannya menjadi teratur pada buka dan sahur, pasti akan mengurangi camilan yang tidak sehat, dan tidak merokok sepanjang hari karena sedang berpuasa. Selain itu selama melakukan rangkaian ibadah puasa mereka yang sakit maag akan lebih melakukan pengendalian diri, lebih banyak beribadah dan dirinya akan lebih tenang. Hal ini semua akan membuat orang sakit maag yang sebagian besar karena sakit maag fungsional sakit maagnya akan sembuh. Mitos lain seputar sakit maag yang muncul adalah untuk mencegah agar kita tidak sakit maag saat berpuasa sebaiknya meminum obat maag agar terhindar dari gangguan lambung saat berpuasa. Jelas mitos ini tidak tepat justru orang yang mempunyai sakit maag, sakit maagnya akan membaik saat berpuasa apalagi orang yang memang tidak mempunyai sakit maag tentu akan lebih sehat saat berpuasa dan tidak perlu obat untuk mencegah agar tidak sakit maag.
Mitos kedua yang juga sering beredar saat berpuasa adalah makan yang banyak saat sahur karena akan berpuasa atau makan yang berlebihan saat berbuka untuk menggeser makan siang yang tidak dilakukan karena berpuasa. Makan sahur yang berlebihan akan membuat seseorang yang berpuasa akan menjadi tidak produktif, lambung mempunyai kapasitas dalam menampung makanan. Makan yang berlebihan akan membuat kadar gula darah akan naik mendadak dan ini akan merangsang insulin diproduksi berlebihan dan akan merangsang hormon lain sehingga seseorang manjadi mengantuk. Makanan itu sendiri seberapa banyak kita konsumsi tetap akan habis di lambung selama 6-8 jam. Jadi tidak banyak pengaruh untuk membuat perut tetap kenyang. Begitu pula saat kita berbuka makanpun tidak boleh berlebihan apalagi kita akan melaksanakan rangkaian ibadah lain antara lain sholat Taraweh. Puasa sendiri sebenarnya memberikan kesempatan kita untuk mengurangi makan dan akan kita mengurangi asupan kalori. Jadi kalau kita menggeser makan kita pada sahur dan berbuka kita bisa tidak mendapatkan manfaat puasa yaitu mengendalikan makanan kita selama berpuasa. Sebenarnya berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar pasien-pasien yang berpuasa akan mendapat manfaat berpuasa yaitu terjadi penurunan asupan kalori selanjutnya akan terjadi pengurangan berat badan, dan kadar kolesterol menjadi terkontrol begitu pula kadar gula darah. Tetapi pada sebagian kecil dari orang berpuasa tidak mendapat manfaat dari puasa karena asupan makannya tetap saja saat berpuasa bahkan lebih besar dibandingkan saat tidak berpuasa. Mungkin mereka ini termasuk termakan mitos kalau jumlah makan sahur dan buka akan lebih banyak dari biasanya karena makan sahur dan berbuka merupakan makan pagi dan malam yang ditambah dari makan siang.
Mitos yang ketiga yang sering muncul yang dihubungkan puasa adalah mengurangi aktifitas dan perbanyak tidur di siang hari. Pada minggu-minggu pertama memang minggu yang cukup berat buat sebagian masyarakat yang memang tidak terbiasa bangun tengah malam. Sebagian besar kita akan bangun jam 03.00 sampai jam 03.30 pagi saat di bulan Ramadhan. Hal ini memang cukup berat apalagi kalau sehari-hari tetap beraktifitas. Sebagian besar masih sempat tidur setelah sahur dan Sholat Subuh sebagian besar tidak akan terkejar lagi untuk tidur karena harus siap-siap untuk bekerja. Rasa kantuk akan timbul mulai menjelang siang sampai siang hari. Sebenarnya rasa kantuk ini bisa dihilangkan dengan kita tetap beraktifitas, atau kalau memang ada waktu istirahat, terlelap sesaat akan mengembalikan kesegaran. Kondisi ini akan berlangsung pada minggu pertama puasa dan kondisi ini akan lebih baik setelah puasa minggu kedua. Karena sirkardian tubuh akan menyesuaikan dengan kondisi tidur dan bangun kita. Hal ini akan kembali normal setelah 1 minggu setelah berpuasa. Jadi mitos kalau kita butuh tidur siang lebih dari 1 jam saat dibulan Ramadhan untuk mengatasi kekurangan waktu tidur saat bangun dini hari untuk sahur. Tidur berlama-lama disiang hari juga tidak efektif, mengingat waktu siang hari memang bukan waktu yang tepat untuk tidur. Bahkan kondisi ini akan membuat tubuh merasa malas dan membuat kita mengurangi aktifitas.
Demikian beberapa mitos yang sering muncul ditengah masyarakat yang dikaitkan dengan puasa Ramadhan.
Marhaban Ya Ramadhan,
Dr.Ari Fahrial Syam
Praktisi klinis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H