Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak lama lagi akan diluncurkan pemerintah. Jika tidak ada perubahan, MBG akan dimulai pada Januari 2025.
Program prioritas nasional ini merupakan inisiatif strategis pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui perbaikan gizi masyarakat.
Program ini menargetkan 82,9 juta jiwa selama lima tahun ke depan, dengan fokus pada anak-anak sekolah, ibu hamil, dan kelompok rentan lainnya.
Dalam konteks ini, peran dokter hewan menjadi sangat vital dalam memastikan bahwa sumber pangan hewani yang disediakan dalam program MBG memenuhi standar keamanan dan kualitas yang tinggi.
Dokter hewan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kesehatan hewan ternak, yang pada gilirannya berdampak langsung pada kualitas produk hewani seperti daging, susu, dan telur yang dikonsumsi masyarakat.
Peran Dokter Hewan dalam Keamanan Pangan
Dokter hewan berperan sebagai garda depan dalam memastikan bahwa produk hewani yang masuk ke rantai pasokan pangan aman untuk dikonsumsi. Dokter hewan melakukan pengawasan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), pemeriksaan kesehatan hewan secara berkala, vaksinasi, dan pengawasan terhadap penyakit zoonosis yang dapat menular ke manusia.
Selain itu, dokter hewan juga terlibat dalam proses pemotongan hewan di rumah potong hewan (RPH) untuk memastikan bahwa prosedur yang dilakukan sesuai dengan standar higienis dan kesehatan.
Dalam program MBG, peran ini menjadi semakin krusial mengingat tingginya volume produk hewani yang akan disalurkan kepada masyarakat.
Dokter hewan harus memastikan bahwa setiap produk hewani yang disediakan bebas dari kontaminasi dan memenuhi standar ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal).
Pengawasan Kualitas Nutrisi
Selain aspek keamanan, dokter hewan juga berperan dalam memastikan kualitas nutrisi dari produk hewani. Sebagai profesi rumpun ilmu kesehatan, dokter hewan juga melakukan analisis terhadap kandungan gizi dan berpartisipasi dalam pengembangan produk olahan yang memiliki nilai gizi tinggi.