Penyakit demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) kembali merebak. Penyakit yang pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 2019 ini, bahkan sudah menyebar hingga ke 32 provinsi di Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 708 Tahun 2024 Tentang Status Situasi Penyakit Hewan, hanya ada 6 provinsi yang seluruh kabupaten/kotanya belum ada kasus penyakit ASF, yakni Bengkulu, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya.
Sementara itu, saat ini kasus ASF justru sedang mewabah di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. Sebanyak 1.400 ekor babi dilaporkan mati akibat ASF dari total populasi 18.000 ekor. Padahal, di daerah tersebut, biasanya menjelang Natal dan Tahun Baru permintaan akan daging Babi sangat meningkat.
Lantas, apakah penyakit ASF ini berbahaya?
African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika adalah penyakit viral yang sangat menular dan mematikan pada babi, dengan tingkat kematian yang dapat mencapai 100%.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada 1920-an dan telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Asia.
Di Indonesia, ASF menjadi ancaman serius bagi industri peternakan babi dan memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat serta perekonomian nasional.
Karakteristik dan Penularan ASF
ASF disebabkan oleh virus DNA dari keluarga Asfarviridae. Virus ini sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan dapat bertahan dalam produk daging babi olahan, seperti sosis atau daging babi kering.
Penularan ASF terjadi melalui kontak langsung dengan babi terinfeksi, konsumsi produk babi yang terkontaminasi, serta melalui vektor seperti kutu lunak dari genus Ornithodoros.
Selain itu, praktik pemberian pakan sisa makanan (swill feeding) yang mengandung produk babi terinfeksi juga menjadi sumber penularan.
Dampak ASF terhadap Peternakan Babi
Wabah ASF menyebabkan kematian massal pada populasi babi. Selain Nabire, beberapa daerah lain juga melaporkan peningkatan angka kematian babi akibat ASF. Misalnya, di Papua, terjadi peningkatan kematian ternak babi di Kampung Nolokla dan Ayapo, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura Provinsi Papua.