Lihat ke Halaman Asli

Iwan Berri Prima

TERVERIFIKASI

Pejabat Otoritas Veteriner

Langkah Penting Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku di Musim Penghujan

Diperbarui: 24 Desember 2024   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hewan ternak sapi (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Sejak Indonesia dinyatakan kembali tertular Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan pada Mei 2022 yang lalu, hingga kini kasus PMK masih terus terjadi.

Di Kabupaten Gunung Kidul misalnya, kasus PMK di momen menjelang akhir tahun ini kasusnya kembali merebak. Setidaknya, ada sembilan ekor sapi di Kalurahan Pampang, Kecamatan Paliyan terjangkit PMK sejak Oktober 2025 dan satu di antaranya mengalami kematian.

Demikian juga di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selama dua bulan terakhir, ada 22 kasus PMK di Kediri dan tiga diantaranya mengalami kematian, yakni di Desa Joho, Kecamatan Wates ada dua ekor dan Desa Bedali, Kecamatan Ngancar satu ekor.

Faktor Musim Penghujan 

Tidak dapat dimungkiri, faktor musim penghujan menjadi salah satu penyebab maraknya kasus PMK akhir-akhir ini. Pasalnya, musim penghujan seringkali membawa berbagai tantangan bagi peternak, salah satunya adalah meningkatnya risiko penyakit pada hewan ternak. 

Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang merupakan penyakit menular akut yang menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. PMK, yang disebabkan oleh virus Foot and Mouth Disease Virus (FMDV), dapat menimbulkan dampak ekonomi dan kesehatan yang signifikan pada sektor peternakan.

Penyebab dan Penyebaran PMK

PMK disebabkan oleh virus yang sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, kontaminasi air, makanan, peralatan, dan bahkan udara. 

Di musim penghujan, kondisi lingkungan yang lembap dan basah menjadi medium ideal bagi virus untuk bertahan hidup lebih lama. Selain itu, limpasan air hujan yang tercemar dapat memperluas area penyebaran virus, sehingga meningkatkan risiko wabah.

Hewan yang terinfeksi PMK biasanya menunjukkan gejala seperti lesi atau luka pada mulut, lidah, gusi, serta kuku. Gejala lain yang sering muncul adalah demam tinggi, air liur berlebihan, kehilangan nafsu makan, pincang, dan penurunan produksi susu pada sapi perah.

Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada hewan muda atau lemah jika tidak ditangani dengan cepat.

Analisis Dampak Musim Penghujan terhadap PMK

Menurut data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), prevalensi PMK seringkali meningkat di musim penghujan, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa pada tahun 2022, kasus PMK melonjak hingga 300% selama musim penghujan dibandingkan musim kering.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline