Lihat ke Halaman Asli

Iwan Berri Prima

TERVERIFIKASI

Pejabat Otoritas Veteriner

Ancaman Antimicrobial Resisten Sangat Nyata, Harus Menjadi Atensi

Diperbarui: 15 Januari 2024   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi obat (Sumber: Freepik.com)

Saat ini dunia sedang dihadapkan pada persoalan Antimicrobial Resistance (AMR) atau kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi dan parasit menjadi resisten atau kebal terhadap pengobatan antimikroba (antibiotik, antivirus, antifungal dan antiparasit).

Padahal, obat ini awalnya sangat efektif untuk mengobati atau membunuh mikroorganisme tersebut. Dengan kata lain, antimikroba yang sebelumnya dapat mengatasi infeksi mikroba, saat ini justru menjadi tidak efektif atau berkurang efikasinya.

Penyebabnya beragam, di antaranya adalah penggunaan antimikroba yang berlebihan dalam pengobatan manusia dan hewan, penyebaran antimikroba ke lingkungan melalui limbah, serta kurangnya pengawasan dan penegakan regulasi dalam penggunaan antimikroba. 

Selain itu, faktor-faktor seperti kurangnya kebersihan lingkungan yang menyebabkan pertumbuhan mikroba patogen, akses air bersih yang sulit dan penyebaran infeksi yang tidak terkendali serta konsumsi antimikroba (terutama antibiotik) tanpa resep juga dapat berkontribusi pada AMR.

Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), AMR bukan hanya berkaitan dengan kesehatan manusia saja, tetapi juga mengakibatkan dampak buruk pada kesehatan hewan. Sebagai contoh, beberapa mikroorganisme patogen telah mengalami resistensi. 

Escherichia coli yang dapat menginfeksi hewan dan manusia, ternyata telah mengalami resistensi dengan derajat yang bervariasi terhadap antibiotik ciprofloxacin, fluoroquinolone, carbapenem, dan chepalosporin generasi tiga.

Sementara itu, Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit Tubercolosis (TB) dilaporkan juga telah mengalami resistensi terhadap rifampicin. 

Kemudian Retrovirus (misalnya penyebab HIV) juga dilaporkan mengalami resistensi terhadap antiretroviral dan Parasit Plasmodium falciparum (penyebab malaria pada manusia) juga mengalami resistensi terhadap artemisinin (antimalaria).

Selanjutnya, ada juga fungi Candida auris yang mengalami resistensi terhadap beberapa antifungal seperti fluconazole, amphotericin B, voriconazole, dan caspofungin.

Jika antimikrobanya saja sudah tidak ampuh, sementara pengganti antimikrobanya masih belum ada, maka disanalah letak kekhawatiran itu. Inilah ancaman itu dan ini telah terjadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline