Lihat ke Halaman Asli

Iwan Berri Prima

TERVERIFIKASI

Pejabat Otoritas Veteriner

Jangan Mudah Terprovokasi untuk Menyakiti Ketika Digigit Anjing, karena Belum Tentu itu Rabies!

Diperbarui: 18 Desember 2023   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hewan anjing (Sumber: Freepik)

Kasus penyakit rabies di Indonesia tampaknya belum ada tanda-tanda akan usai. Penyakit yang dikenal dengan anjing gila ini, masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia. Misalnya di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, kasus rabies sepanjang tahun 2023 ini telah mencapai 637 kasus gigitan.

Demikian pula di Bali, kasus gigitan oleh hewan penular rabies hingga November 2023 mencapai 62.672 kasus gigitan. Termasuk, kasus seekor anjing peliharaan warga di Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, positif rabies. Anjing tersebut menyerang empat warga pada pertengahan bulan lalu.

Sementara itu, dengan semakin meningkatnya kasus gigitan anjing rabies, Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan wilayahnya sebagai daerah darurat rabies. Situasi ini setelah per tanggal 15 November 2023, telah terjadi 1.823 kasus gigitan hewan penular rabies di NTT, meliputi di Kabupaten TTS (Timor Timur Selatan) dan TTU (Timor Timur Utara) yang menyebabkan 11 orang korban jiwa.

Mengacu pada kasus tersebut, maka diperlukan langkah penting dalam pengendalian rabies, terutama bagaimana perlakuan kita terhadap anjing. 

Pasalnya, penularan rabies lebih dari 90% adalah akibat dari gigitan anjing. Meskipun, anjing yang tertular virus rabies sejatinya juga merupakan korban. Akibat infeksi rabies, anjing kemudian menjadi tidak terkontrol. 

Bahkan, pada situasi tertentu, anjing menjadi lebih agresif dan berusaha menggigit apapun yang ada disekitarnya. Anjing yang awalnya merupakan hewan yang patuh pada tuannya, saat itu telah berubah. Ia benar-benar menjadi anjing gila.

Oleh sebab itu, menurut penulis, ada tiga hal yang patut diperhatikan bagi siapapun yang di sekitar tempat tinggalnya terdapat hewan anjing.

Pertama, jangan biarkan ada anjing liar atau anjing tidak berpemilik. Karena anjing seperti ini sangat berisiko terhadap masuknya penularan penyakit. 

Selain itu, anjing yang tidak berpemilik juga sulit untuk dilakukan vaksinasi dan atau mendapatkan tindakan pelayanan kesehatan hewan lainnya.

Jika tertular penyakit, maka anjing liar juga akan mudah menularkan ke anjing lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline