Meski tema yang diangkat dalam film Ayat-Ayat Cinta besutan Sutradara kondang, Hanung Bramantyo tahun 2008 cukup kontroversial, yaitu tentang poligami yang dilakukan Fahri bin Abdillah, sang tokoh utama. Namun, faktanya, film ini menjadi film paling populer dan menjadi salahsatu film bergenre religi yang terlaris pasca reformasi.
Penulis ketika menontonnya pertama kali, saat itu juga sedang menempuh pendidikan di IPB Bogor. Lagi pula, ini merupakan film yang cukup ideal jika ditonton oleh generasi muda.
Tidak sampai situ, film yang mengambil latar di negara Mesir ini, juga menyajikan konflik yang menyangkut keimanan diantara para tokohnya. Sebuah gambaran nyata bahwa dunia ini sejatinya tidak hanya diisi oleh satu agama atau kepercayaan saja.
Sangat Menyentuh dan Sempat Jadi Tren Anak Muda
Bagi anak muda tahun 2008, rasanya semua tahu dengan film yang dibintangi oleh Fedi Nuril ini. Film ini merupakan film romantis yang diadaptasi dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy. Seorang novelis alumni sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dan juga terkenal sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pondok pesantren, dan penceramah.
Sama seperti novelnya, novel AAC ( Ayat-Ayat Cinta) juga sangat populer. Namun, penayangannya di layar lebar melalui sebuah film juga semakin mempopulerkan kisah dalam novel itu. Sehingga tidak heran jika nama pemerannya seperti Carissa Puteri Soelaiman, menjadi idola baru saat itu. Carissa Puteri memperankan sebagai Maria Kirgiz dengan sangat baik. Demikian juga dengan Rianti Rhiannon Cartwright, ia juga sukses memperankannya sebagai Aisha. Sampai-sampai, semua orang cantik dan berhijab di Indonesia selalu dikaitkan dengan Aisha.
Sinopsis
Film ini merupakan film tentang cinta. Namun, bukan sekadar kisah cinta yang biasa. Bahkan, film ini mengisahkan tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara agama Islam. Namun, film ini sejatinya tidak selalu identik dengan religi, karena film ini juga mengangkat persoalan pendidikan, sosial dan ekonomi.
Kisahnya bermula dari Fahri yang diperankan Fedi Nuril, seorang pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya (pasca sarjana) di Al-Azhar, Kairo Mesir.
Ia Berjibaku dengan panas debu tanah Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan menjalani kesederhanaan dalam hidup. Ia juga bertahan cukup baik dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Bahkan, semua target kesuksesan telah dialami Fahri dengan penuh antusias, hanya saja ada satu hal yang belum Fahri capai, yakni: menikah.
Dalam kisahnya, Fahri juga menjadi sosok laki-laki yang taat agama dan begitu lurus dalam menjalani hidupnya. ia tidak mengenal pacaran sebelum menikah. Bahkan, ia kurang artikulatif ketika berhadapan dengan makhluk yang bernama perempuan.
Sehingga, hanya ada sedikit perempuan yang dekat dengannya selama ini. Yakni, neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya yang semuanya saat itu berada di tanah air (Indonesia).