Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari Tuberculosis dunia (World Tuberculosis Day). Di Indonesia, kasus Tuberculosis atau TB kasusnya masih tinggi, hingga kini mencapai 969.000 kasus dan menduduki peringkat dua dunia setelah India.
Padahal, tahun 2019, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan jumlah kasus baru 842 ribu per tahunnya dan China di posisi kedua sebanyak 889 ribu kasus dan urutan pertama adalah India dengan 2,74 juta kasus. Sebuah kondisi yang tentu tidak boleh dianggap biasa saja. Karena bukan tidak mungkin, tahun berikutnya kita bisa menduduki peringkat pertama dunia.
Penyakit TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosum. Ditemukan pertama kali pada 1882, atau lebih dari 140 tahun lalu oleh Robert Heinrich Herman Koch atau Robert Koch. Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman. Selain menemukan Bakteri TB, ia juga menemukan bakteri penyebab Kolera dan Anthraks.
Tuberkulosis adalah Zoonosis
Selain dapat menular antar sesama manusia, ternyata TB juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis). Oleh sebab itu, pencegahan dan pemberantasan penularan TB dari hewan ke manusia sebaiknya juga tidak boleh diabaikan. Penyebab TB pada hewan yang bersifat zoonosis adalah bakteri Mycobacterium bovis. Kuman ini mampu menyebabkan penyakit kronis pada hewan sapi dan dapat menularkan ke manusia. Umumnya penularan dari hewan dapat melalui tiga cara, yakni inhalasi atau aerosol, kontak langsung dengan membran mukosa atau luka terbuka dan ingesti atau memakan daging mentah atau daging yang tidak dimasak dengan matang dan mengkonsumsi susu sapi yang tidak dipasteurisasi.
Sapi yang terinfeksi TB, pada umumnya pada awal infeksi tidak menunjukkan gejala. Namun, pada infeksi yang berlanjut, sapi akan terlihat kurus yang progresif (hingga terlihat tulang rusuk), demam dengan fluktuasi rendah, lemah dan nafsu makan hilang.
Selanjutnya, hewan juga akan menunjukkan gejala sakit pada paru, berupa batuk basah dan parah di pagi hari atau saat kondisi dingin atau pada saat beraktivitas. Kemudian juga gejala kesulitas bernafas. Pada beberapa hewan, kelenjar limfe retropharingeal akan membesar. Pembengkakan kelenjar ini dapat menganggu pembuluh darah, jalan nafas maupun saluran pencernaan. Jika saluran pencernaan, maka hewan yang terserang menunjukkan diare atau konstipasi yang berselang (intermitten).
Upaya Pencegahan Penularan Tuberculosis Dari Hewan Ke Manusia
Salah satu pencegahan penularan TB pada manusia yang berasal dari hewan diantaranya adalah mewajibkan pemotongan hewan di Rumah Potong Hewan dan dilakukan pengawasan oleh dokter hewan. Kemudian, pada pelaksanaan pemotongan hewan kurban, hewan dilakukan pengawasan oleh dokter hewan pemerintah atau pengawasan oleh petugas kesehatan hewan dengan prinsip: hewan sehat/ tidak menunjukkan gejala sakit, tidak kurus, tidak cacat dan diutamakan hewan jantan. Jika menemukan gejala kasus TB pada hewan, segera laporkan ke Dokter hewan terdekat atau ke Dinas yang membidangi urusan kesehatan hewan di daerah.
Selain itu, hindari kontak langsung dengan hewan ketika hewan menunjukkan gejala TB, gunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang cukup seperti menggunakan masker, sarung tangan dan hindari bersentuhan jika memiliki luka terbuka. Selanjutnya, jangan konsumsi daging sapi mentah dan atau daging sapi setengah matang (seperti di sate), jika tidak yakin sumber daging sapinya adalah daging sapi yang sehat. Salah satu tanda daging sapi sehat atau berasal dari peternakan yang sehat adalah adanya tanda NKV (Nomor Kontrol Veteriner) atau sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk hewan. NKV diterbitkan oleh Pemerintah, melalui Pejabat Otoritas Veteriner.
Hewan Rentan TB
Selain hewan sapi, hewan lain yang juga sangat rentan tertular TB adalah babi, Kambing, domba, Kuda, Anjing, Kucing, dan Hewan Liar seperti kera yang dipelihara di kebun binatang. Bahkan, kera sangat peka terhadap infeksi M. Tuberculosis dan M. Bovis yang dapat menularkan TB dari hewan ke manusia. oleh karena itu, pengawasan kesehatan satwa di kebun binatang oleh dokter hewan juga menjadi bagian penting dalam pengendalian penularan TB dari hewan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H