Lihat ke Halaman Asli

Iwan Berri Prima

TERVERIFIKASI

Pejabat Otoritas Veteriner

Inilah Alasan Mengapa Kucing Tidak Boleh Diberi Paracetamol dan Pertolongan Jika Kucing Demam

Diperbarui: 14 Maret 2023   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kucing (Sumber: Dokumentasi drh. Risa Isna Fahziar)

Hingga kini, masih banyak masyarakat yang memberikan obat manusia untuk hewan, jika hewannya sakit. Meski secara umum, kandungan obat antara obat manusia dan hewan, sejatinya kurang lebih sama, namun takaran (dosis) dan efek samping pada hewan cukup berbeda. Bahkan, tidak semua obat manusia boleh diberikan untuk hewan.

Salah satu contohnya adalah obat penurun panas (obat demam) seperti parasetamol/acetaminophen. Obat ini pantang alias tidak boleh diberikan untuk hewan kucing.

Apapun alasannya, jika hewan kucing kita demam dan pilek (flu) kita tidak boleh memberikan obat manusia untuk kucing. Dosis rendah sekalipun dapat menyebabkan keracunan atau memperburuk kondisi kucing.

Menurut drh. Neno Waluyo Sukelan dari Royal Canin Indonesia, sebagaimana dilansir kucingkita.com, hampir semua obat penurun panas yang ada dipasaran mengandung parasetamol atau acetaminophen. 

Beberapa merk obat yang cukup terkenal dan mudah didapat adalah bodrex, pamol, tempra, biogesic, panadol, sanmol, paracetamol, poldan, dan lain sebagainya.

Lantas, mengapa kucing tidak boleh diberikan parasetamol atau acetaminophen? 

Hal ini disebabkan karena: enzim yang bertugas memecah toksik (racun) pada obat yang mengandung parasetamol sebagian besar terdapat di hati (liver).

Di dalam hati, salah satu enzim yang bertugas menempelkan molekul glukuronid pada obat dan membuatnya tidak aktif sehingga dapat dibuang melalui ginjal (air kencing) bernama glukuronil transferase. 

Dengan kata lain, enzim ini yang bertugas sebagai "tukang cuci" atas residu racun parasetamol.

Permasalahannya, Kucing adalah salah satu spesies dengan jumlah enzim glukuronil transferase yang sangat sedikit. Bahkan di beberapa spesies kucing, enzim ini tidak cukup.

Akibatnya, obat-obatan yang menggunakan enzim tersebut, tidak dapat dibuang dengan sempurna melalui ginjal. Obat-obatan tersebut cenderung tetap aktif, terakumulasi dalam aliran darah dan menyebabkan kerusakan parah pada organ-organ.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline