Lihat ke Halaman Asli

Iwan Berri Prima

TERVERIFIKASI

Pejabat Otoritas Veteriner

Flu Burung Clade Baru dan Persoalan Penyakit Hewan lainnya

Diperbarui: 3 Maret 2023   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Penanganan Flu Burung (Sumber: Prevention.com)

Belum usai kasus penyakit African Swine Fever (ASF) pada hewan ternak Babi, kemudian muncul Kasus Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sapi, lalu merebak kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kini muncul kembali kasus Flu Burung dengan clade baru.

Munculnya penyakit hewan yang sebelumnya tidak ditemukan di Indonesia itu tentu membuat kita prihatin. Apalagi, kita juga sejatinya masih dibayang-banyangi pandemi Covid-19 yang juga belum usai.

Sebagai bagian dari tenaga kesehatan hewan, saya merasakan betul bagaimana kolega saya di berbagai daerah tertular, menghadapi persoalan ini dengan penuh dedikasi yang tinggi.

Ketika ASF pertama kali menyerang Indonesia dan diumumkan secara resmi pada bulan Desember 2019 di Provinsi Sumatera Utara. Seluruh kolega dokter hewan di Sumatera Utara dan Pemerintah pusat, melalui Balai Veteriner Medan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan berjibaku untuk mengatasinya. Tercatat, saat itu lebih dari 47.143 ekor hewan Babi yang mati terkena penyakit ini. Bahkan, penularan penyakit ASF hingga kini telah meluas di hampir seluruh Indonesia.

Setelah ASF menyerang, penyakit LSD atau sering disebut penyakit kulit berbenjol juga menyerang. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Indonesia pada Februari 2022, tepatnya di Provinsi Riau. LSD sendiri semula dianggap sebagai penyakit Afrika karena hanya ditemukan di benua tersebut sejak 1929. Atas kejadian ini, kolega dokter hewan bersama paramedik veteriner dan tim kesehatan hewan juga berjibaku untuk menanganinya. Bahkan tidak sedikit mereka yang pulang larut untuk mengobati penyakit yang terus menyebar.

Kasus ini pun belum menemui titik akhir. Pada akhir tahun 2022, berdasarkan data pada Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS), telah ditemukan sebanyak 11.474 kasus LSD di enam provinsi di Indonesia.

Bagi hewan ternak yang tertular, penyakit ini mengakibatkan produktifitas ternak menurun dan dagingnya pun menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Sebuah kondisi yang tentu saja membuat terganggunya sistem peternakan nasional. Ibarat sebuah badai, dampak badai Covid-19 belum reda, badai LSD menerjang dan membuat prihatin peternak kita.

Sementara itu, kasus LSD belum usai, per tanggal 28 April 2022, dunia kesehatan hewan Indonesia kembali dibuat nestapa. Saat itu, muncul penyakit yang sebenarnya sudah tidak ada lagi di Indonesia. Yakni Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terdeteksi di Kabupaten Gresik- Jawa Timur dan telah menyebar kewilayah lainnya. 

Sebagai bentuk kesiapsiagaan, pada tanggal 05 Mei 2022 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur mendeklarasikan adanya wabah PMK di Jawa Timur, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penetapan wabah PMK oleh pihak Provinsi Jawa Timur pada tanggal 06 Mei 2022. Selanjutnya pada 9 Mei 2022 Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menetapkan wabah PMK pada dua daerah provinsi, jaitu Jawa Timur dan Aceh.

Munculnya kembali kasus PMK di Indonesia, oleh beberapa pihak dinilai sebagai indikasi masih lemahnya sistem kesehatan hewan nasional. Hingga jumat, 3 Maret 2023, kasus kesakitan PMK mencapai 604.322 ekor dan menyebabkan kematian pada hewan mencapai 11.350 ekor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline