Lihat ke Halaman Asli

Iwan Berri Prima

TERVERIFIKASI

Pejabat Otoritas Veteriner

Mewaspadai Penyakit Kulit Berbenjol pada Hewan

Diperbarui: 19 Februari 2023   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Antara.com

Selain Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), saat ini yang menjadi ancaman bagi peternak sapi adalah penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). 

Penyakit yang dikenal dengan istilah penyakit kulit berbenjol, saat ini sedang menyerang di beberapa wilayah di Indonesia. Oleh sebab itu, bagi daerah yang masih bebas, diperlukan upaya untuk meningkatkan kewaspadaan.

Sementara itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan peternak adalah jika hewan ternaknya sakit, segera hubungi dokter hewan dan atau tenaga kesehatan hewan/ petugas paramedik veteriner di lapangan di wilayahnya masing-masing. Jangan biarkan penyakit menjadi lebih parah, baru menghubungi petugas.

Adapun gejala klinis dari penyakit LSD ini diantaranya adalah adanya lesi kulit berupa nodul atau benjolan berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. 

Pada kasus berat, nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. Munculnya nodul ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5C. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. 

Selanjutnya, hewan sapi akan lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. 

Disamping itu, LSD juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan. Namun, Gejala klinis LSD dipengaruhi oleh umur, ras dan status imun ternak.

Penularan penyakit LSD ini terjadi karena ada dua cara, Pertama, penularan secara langsung, yakni melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine.

Kemudian kedua, penularan Secara tidak langsung, yaitu penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Bahkan, Penularan secara mekanis juga dapat terjadi, yakni melalui vektor nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Hematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Riphicephalus appendiculatus dan Ambyomma heberaeum).

Mengingat penyakit ini disebabkan oleh virus yakni Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) maka upaya pencegahan perlu ditingkatkan, diantaranya melalui Biosecurity yang ketat dan pembatasan lalu lintas orang atau barang keluar masuk kandang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline