Lihat ke Halaman Asli

Farhandika Mursyid

Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Puisi | Maaf yang Terpenting

Diperbarui: 5 Juni 2019   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : dokumentasi pribadi dari gawai saya

Tak terasa, Idulfitri sudah tiba.
Semua orang berbondong berpakaian baju baru
Hasil dari jerih payah melawan nafsu dan dahaga
Simbol bahagia karena telah mencapai kemenangan
Seperti pesan dari orang di stasiun isi bensin
"Kita mulai dari nol lagi, ya!"

Semua datang dengan hawa yang bersih.
Ibarat kertas putih yang selalu aku bawa.
Menantikan diri untuk dipakai sesuai fungsi.
Menopang berbagai rasa serta kisah,
ide serta pikiran,
khayalan serta pesan-pesan.
Dia menunggu hal mana yang akan datang bersamanya.

Semua orang bertatap muka satu sama lain
Menyatakan maaf dalam berbagai cara.
Sekarang, juga muncul salam daring.
Dari pelbagai ketikan, sudah tersiar pesan berantai.
Entah itu, dari "kala tangan tak sempat menjabat"
Atau sekadar kata awalan "Selamat idulfitri" saja.
Intinya satu, mengembalikan diri seperti saat keluar dari rahim.

Namun, Cinta, ada satu pertanyaan dariku.
Apakah kamu sudah memaafkan dirimu sendiri?
Itulah yang terpenting sebelum memberi maaf ke yang lain.
Sama dengan mencintai
Sama juga dengan peduli.
Semua berawal dari orang yang kamu hadap di cermin itu.

Jadi, sudahkah kamu memaafkan dirimu, Cinta?


Gresik, 5 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline