Lihat ke Halaman Asli

Farhandika Mursyid

Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Puisi | Menanti Waktu Berhenti

Diperbarui: 22 Januari 2019   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : theteenphilosopher.wordpress.com

Aku berbaring tergeletak di lantai kayu ini.

Hanya menantikan waktu untuk berhenti.

Semua beban tubuhku telah terangsur menghilang bersamaan dengan berbagai cairan yang keluar terus-menerus.

Aku tidak kuat untuk meminta mereka berhenti berlari. Bahkan untuk bersuara pun, aku sudah lelah.

Tuhan, apakah memang ini semua harus berakhir?

Pakaianku kusam, mukaku penuh lebam, apakah ini layak untuk menghadap-Mu?

Aku masih ingin membalas senyuman dari matahari yang membias di jendelaku.

Aku masih ingin menyanyi bersama suara kendaraan yang berlalu lalang di saat berangkat kerja.

Aku sudah tidak kuat untuk semua ini, Tuhan.

Aku berbaring tergeletak di lantai kayu ini.

Hanya menantikan waktu untuk berhenti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline