Lihat ke Halaman Asli

Farhandika Mursyid

Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Cerpen | Bantuan dari Dunia Maya

Diperbarui: 26 November 2017   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

link pembelian buku : https://www.bukuindie.com/p/ketika-di-dalam-penjara/

Pasa jalan dek batampuah, lanca kaji dek baulang

Akhirnya, aku kembali dipertemukan dengan indahnya kota Yogyakarta ini. Ya, aku baru saja diterima sebagai wartawan di The Indonesian Eyes, sebuah media online yang masih seumur jagung dan sudah mencapai kesuksesan, ya setidaknya mulai disejajarkan dengan media online seperti VICE, Kumparan, ataupun Brilio. Namun, ada satu hal yang membuat The Indonesian Eyes menarik terutama untukku. Yaitu, adanya pembahasan dari berbagai macam topik yang dibahas oleh wartawan dengan spesialisasi di bidang tersebut. Memang, waktu wawancara dengan pihak editor tersebut, aku menyatakan minat untuk mengisi di bagian yang berhubungan dengan psikologi, seni dan kesehatan. Yang disebut terakhir sendiri merupakan bidang yang masih dibutuhkan oleh Indonesian Eyes. Itu menurut Bang Ari, selaku chief editor dari The Indonesian Eyes.

Ah, berbicara tentang kota Yogyakarta ini, aku pun teringat dengan seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupku. Ohya, aku belum pernah cerita jika dulu, aku pernah menjadi seorang pecandu pornografi. Semua itu berawal ketika aku duduk di bangku SMA karena perkenalan dari teman ketika itu. Maklum, aku pernah memilih untuk melanjutkan studi SMA di kota Padang yang berjarak sekitar 1,5 jam dari kota Pariaman, tempat aku menjalani indahnya masa kecil. Sehingga, aku harus jauh dari orangtua dan dari situ juga, semuanya berawal. Puncak dari masa candu itu berlangsung ketika aku kuliah, terutama waktu aku dikeluarkan oleh kampus lamaku. Meskipun, aku kerap disibukkan dengan berbagai kegiatan yang diberikan Mak Heri, aku masih memanfaatkan waktu kosong untuk sekedar menonton dan menikmati indahnya adegan-adegan erotis yang ditawarkan tersebut. 

Sampai akhirnya, di masa awalku di kampus baru, aku mulai merasakan beberapa akibat buruk dan memutuskan untuk keluar dari jeratan pornografi itu. Betapa beratnya perjuangan itu, dimana aku harus berjuang untuk bisa sukses keluar. Sebagai seorang pecandu, apapun itu, kita pasti akan masuk ke sebuah siklus, dimana ketika kita sukses menikmati barang yang membuat kita candu itu, kita akan mulai terasa bosan, dan beberapa hari setelahnya, akan ada sebuah dorongan untuk kembali menikmati hal tersebut. Begitu saja yang akan terjadi selama berulang-ulang. Berlari di siklus tersebut membuatku lelah dan juga bosan, ibarat hamster yang suka berlari-lari. Kelak, ia akan bosan dan mencari cara keluar dari siklus itu. Perjuangan yang tergolong berat bagiku, mengingat aku sudah berada di siklus itu selama hampir 6 tahun lamanya.

Perjuangan di awal memang terasa berat, aku mencari bantuan ke beberapa tempat, namun entah kenapa belum ada yang memuaskan bagiku. Hingga, pada suatu saat, aku mengenal Farhan. Seorang mahasiswa kedokteran yang aku kenal dari komunitas blogger di sebuah aplikasi messenger. Ternyata, dia memang pernah berada pada posisi yang sama denganku, bingung dengan jalan hidup yang dilaluinya dan itu membuatnya terjebak dalam jeratan pornografi. Mengetahui hal tersebut, aku pun semakin sering untuk berdiskusi dengan Farhan, meskipun itu harus melalui chat di aplikasi media sosial saja. Ketika itu, aku teringat dengan pembicaraan pertama kami yang membuatku menemukan cara terbaik menyembuhkan kecanduan pornografi itu sendiri.

"Bro Farhan, kamu sibuk ga? Ini aku, Andi."

"Eh, Bro Andi. Lagi enggak nih, kebetulan lagi garap laporan praktikum hari ini. Tapi, ya itu, bosen gitu, Bro. Ada apa emang nih?"

"Kemarin, aku habis baca di chat grup gitu, katanya kamu pernah kecanduan pornografi ya?"

"Oh, Iya, Bro. Gimana?"

"Mmm. Kira-kira, kamu bisa bantu aku ga bro? Soalnya, aku berada di posisi yang sama seperti kamu nih, Bro."

"Kamu juga toh?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline