Lihat ke Halaman Asli

Sang Dokterandes

Advokat/Pengacara yang suka seni

Episode Adam

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(i) Bidadari, pergilah Sudah waktumu kini kembali ke peraduan rembulan Cakrawala menunggu puteri kesayangannya demi ladang padi, bukit kapas, dan hutan jati Bidadari, terbanglah Sang surya menjanjikan panen raya (ii) Seperti mimpi Kembaraku berujung keterjagaan dalam hutan Tengadah aku ke langit hitam Tepat di atas pusara bertuliskan cinta Seketika semua jadi gulita Gelap seperti sejuta malam dilipat-lipat Jumawaku adalah batang-batang pohon lucifer Sejahteraku adalah umbi dan keladi Bahagiaku adalah teratai, anyelir, dan bakung-bakungan Wahai !!! Kemana sang rahib pergi? Dimana khalifah tengah singgah? Buku Bhagavad Gita jadi beku Kitab Asmau'l Husna jadi asap Wahai !!! Tamatkan mimpi segera di wihara di mushola (iii) Cinta adalah sejuta kata Tapi kata tak mesti bersuara Cukuplah cinta jadi makna >>>Telah kusadari getarmu >>>Telah kupahami cintamu >>>Makin aku tahu, makin aku takut kehilanganmu Tangis ini juga karena cinta Dadaku sesak merangkum sejuta bahagia Bidadari boleh pergi Datang kini seorang peri Cium sayangnya membekas di pipi (iv) Demikian, agar Hawa menjadi maklum (Sang Dokterandes - Sept 2003)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline