Lihat ke Halaman Asli

Menakar Kejernihan Intuisi Managerial

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih membayang empat tembok masif yang mengitari kami.. dan lekat tatap matanya yang sesekali menghindar dari tatapanku siang itu, Dee.. plus detail bahasa khas raganya. Tertangkap utuh ada yang sedang berkecamuk di batinnya saat itu. Pikirku cepat, ada yang sedang tiada mampu disembunyikannya terhadapku. Tiada terucap.. tetapi nyata membelalak.. mengapar lugas di depan mata bathin ini: Ia sedang berbohong. Dan, benar adanya.

Betapa mahalnya hadiah kejujuran dan keapaadaan bagi sang Sesama, kini. Betapa ia makin banyak dihindari. Sengaja diasingkan. Dibungkus rapat berlapis-lapis. Konon, atas nama sebuah pilihan sikap "sopan". Kesopanan ataukah kebohongan senyatanya yang dihadiahkan.. bila begitu? Apapun dalihnya, tampilan kebohongan tetap saja bohong namanya. Bukan sebuah keapaadaan. Bukan pula kejujuran.. terlebih ketulusan. Segala rupa wujud sikap manipulatif begitu akrab di keseharian. Di kantor.. di kampus.. di halte bis.. di cafe.. di telphon.. di media massa.. di ragam media jejaring sosial.. di ruang publik.. termasuk di ruang negosiasi soal apapun. Bahkan di ruang paling pribadi antar Insan dalam sebuah institusi Rumah Tangga. Betapa memprihatinkan. .. .. [caption id="attachment_243731" align="alignleft" width="300" caption="www.google.com"][/caption] Naifnya, atas dalih pilihan sikap "sopan" dalam penyajiannya, yang lantaran itu dipandang mampu meredam gejolak vulgar kenegativan, ia menjadi sebuah kebiasaan yang semakin banyak dipilih. Mewujud jadi sikap keseharian sang Insan. Berhamburan pula ragam Institusi Pelatihan terkait di sana sini.. dengan peminat yang membludak. Melatih ragam trik ini itu demi pencapaian sebuah tujuan tertentu. Peminatnya pun meluber luar biasa. Meski acapkali perlu merogoh kocek semakin dalam saking manjur sekaligus kondangnya. Sang Insan pun relakan diri mengantri dilatih memanipulasi Sesamanya. Bagaimana cara berjalan, berdiri, bahkan duduk.. agar tampak berwibawa dan profesional.. meski aslinya sedang tidak PeDe.. dan sama sekali awam di bidang terkait. Terus berupaya tampilkan senyum paling memikat.. meski sedang setengah terengah menahan nyeri di area otot zygomatic major-nya. Jungkir balik melatih diri rendahkan volume suara.. pelankan laju berucap.. lafalkan deret kata kunci setara polah mesin penjawab telephon.. meski lazimnya memilih berbicara cepat dengan nada tinggi. Bagaimana pula secepat kilat bermetamorphose tampak ramah dan sedemikian beratensi terhadap Client.. meski sejatinya berkharakter sungguh tidak peduli terhadap sekitar. Plus ragam pelatihan instant lainnya. Alih-alih mensupport upaya penggemblengan mental agar mampu lahirkan Insan berkharakter positif kuat, yang semakin banyak dipilih malahan: pelatihan manipulatif instant ini itu. Tidak mengherankan, makin berjamur pula pelatihan kemampuan hipnotif di sana sini.. yang acapkali dimasuki sebagian Insan atas dadakan secepat kilat beroleh kemampuan memberdaya Sesamanya semata. Betapa semakin naifnya sebagian motivasi internal negatif terkait. Bersyukur, kenegativan serupa tidak serentak dipilih sama oleh semua Insan. Tidak sedikit Insan yang masih setia merunduk pada kemurnian hakekat muasal kemanusiaannya. Pada kesadaran keapaadaan sejatinya yang hanya pantas dihaturkan pada Sang Hyang Pemilik Agung saja. Apapun tampilan kasat "lima indera"nya, kenegativan manipulasi tetap saja lugas terdeteksi oleh INTUISI terlatih para Insan yang memilih relakan diri merunduk penuh padaNYA. Bahkan di detik kedua saat mulai dimanipulasi (note: dibohongi). Seperti halnya kemampuan unik Snap Judgement and Thin Slicing vital yang seyogyanya disandang oleh para Tuan dan Nyonya penentu kebijakan dalam menakar apa yang dihadapinya. Bagi Pejabat Pemerintahan, Polisi, Tentara, Pemangku Jabatan Publik, Hakim, Dokter, Pejabat HRD, termasuk setiap diri. Menarik dicermati. Meski sebagian Insan mengawali keterlekatannya sebagai suatu prosesi "bawaan lahir", kemampuan vital INTUISI terkait hanya dapat mumpuni bila melekat di diri sebagai kebiasaan positif, buah kedisiplinan mental yang sungguh-sungguh berakar pada pelatihan intensif serta penghargaan tulus akan kepekaan-kejernihan-kemurnian hakiki Nuraninya sebagai Insan milik Sang Hyang Pemilik Agung. Yang berjarak dan terbebas sungguh dari pengaruh negatif motivasi bawah sadar ..termasuk pilihan sikap internal stereotyping terhadap sang Sesamanya. ..semoga. [caption id="attachment_243758" align="aligncenter" width="500" caption=""ballet telve" by Andre Kossl"][/caption]

..hmm.. acapkali cetusan Firasat ini sedemikian terasakan menyiksa, Dee.. sebab ia sering tiada sesuai inginku. Tetapi, kejernihannya selalu benar. Kebenaran, yang tidak selalu mudah diterima, yea..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline