Lihat ke Halaman Asli

Geliat Enggan.. Naluri Buah Hati.. and The "Point Square's Smoke"

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"..wait, Mammi.. potret Devondha dulu.."

"Mau ke Gereja yang jam berapa nanti, Rien..?" suara lembut Ibunda dari kamar tidur sebelah tiba-tiba kagetkanku, tepat pukul 03:30 dini hari tadi. Aku, yang memang sudah bangun, sedang memilih duduk diam di kursi samping tempat tidur, tempat Suami dan Buah Hati kesayanganku masih terlelap. Dua insan, yang sebentar lagi akan kembali kutinggkalkan jauh, demi tugas dan tanggung jawab pengabdian profesiku. "Jangan sampai terlambat, lho yea..", pesan lanjut Ibunda. "Yang agak siangan aja lah, Mom.." Entah juga, apa motivasi pastinya, aku memilih akan ikut Misa pagi kedua saja, lalu. Aku raih sekenanya saja alasan keletihan.. setelah seharian kemarin musti menyiapkan ini itu di Crown Palace.. terkait tugas & tanggung jawab lanjutku di Papua. Jadilah, kami mengikuti Misa II, di Gereja Santo Matias Cinere. Usai Misa, kami bergegas menuju kendaraan kami. Tetapi, tiba-tiba saja Buah Hatiku menggandeng tanganku.. mengajakku menuju area belakang Pastoran (baca: Kediaman para Pastor dan Diakon).. dan, "Mammi.. aku suka swimming pool like this.. Wow..gedhe banget..!!", ujarnya memulai. "Oya, Ma.. ada banyak profile wall picture juga. Look..!! Bagus, yea.. Aku suka kayak gini, Ma.. Besok rumahku ada kayak gininya, yea Ma.. Yang besar banget.. and luas.. ....etc", lanjutnya.. kembali utarakan mimpi kediaman ideal versinya. Oow, Buah Hati kesayanganku.... [caption id="attachment_91" align="aligncenter" width="336" caption=""..wait, Mammi.. potret Devondha dulu..""][/caption] Sontak, benakku "menari". Tempat ini sama sekali bukan lokasi asing baginya. Selain berdekatan dengan kediaman sederhana kami, entah sudah berapa ratus kali kami datangi pada saat Misa hari Minggu, maupun pada Hari Khusus lain... sedari ia kulahirkan lima tahun lalu.. Bahkan, sedari ia mulai tumbuh di rahimku. Lokasi belakang Pastoran tempat Kolam beserta Taman Jalan Salib ini pun sudah menjadi favoritnya sedari mula.. ketika ia masih bayi.. [caption id="attachment_92" align="aligncenter" width="448" caption=""Ow, Mammi... aku sedang bercerita..""]

"..Mammi.. please tell me, what story say ..in this profile wall..?"

"..Mammi.. please tell me, what story say ..in this profile wall..?" O'ow.. Buah Hatiku minta kuceritakan kisah yang digambarkan pada dinding, profil Jalan Salib Perhentian ke XIV. Tuntas kuceritakan singkat, melanjut, ia berlari ke..........

"..I say You, Mammi.. this is my favorite statue in here. Bunda Maria Loving's picturing."

"..I say You, Mammi.. this is my favorite statue in here. Bunda Maria Loving's picturing."

IMGP6828

Segala celoteh riang menggemaskan pun kembali meluncur dari sang Buah Hati kesayangan.. termasuk segala ingin ini.. ingin itu.. seperti biasanya. Meski, (jujur) kurasakan agak berbeda. "Mammi duduk di sini, Bu Puh di situ.. Okay, Pappi.. picture..!!", sang Buah Hati mulai mengatur ini.. mengatur itu. Entah.. semua manut saja. Meski, kami sepakat hanya menyisakan sedikit waktu tersisa, lantaran rencana seharian yang sudah kami sepakati, sebelumnya. "Sayang, tidak lama lagi, yea.. Kita khan musti segera mengantar Bu Puh. Sudah hampir jam 10, Nak..", aku mengingatkannya. "Sebentar dulu, Ma...", sang Buah Hati berpindah posisi, duduk di Pendopo, samping kiri lokasi Patung Bunda Maria. "Aku pengen Mammi duduk di sini dulu.. Please, Ma.. Sebentar.. Kita bersantai dulu.. TIDAK BOLEH CEPAT-CEPAT PERGI.." Kembalilah ritual berbeda itu..

"Begini, lho.. Ma.. Aku mau cerita dulu. Aku ada di sini. Aku jadi Dr.Scientist.. and Mammi jadi Mrs. Strecher. And...."

"Begini, lho.. Ma.. Aku mau cerita dulu. Aku ada di sini. Aku jadi Dr.Scientist.. and Mammi jadi Mrs. Strecher. And...." ..meluncurlah lalu.. deret kisah karangan sendiri-nya.. tanpa bersedia kami penggal. "Okay, Sayang.. udah dulu, yea.. Ceritanya Mas lanjutkan di mobil.. Kita terburu-buru, Nak.. Mammi musti rampungkan packing juga..", aku kembali ingatkan alasanku tidak bersedia terlampau lama di situ.

"Ow, Mammi... aku sedang bercerita.."

[/caption] Setelah sekian lama membujuknya, "Okay, Ma..", sang Buah Hati mengalah. Berjalan gontai ke dalam kendaraan kami.. duduk di jok belakang denganku. Tiada seberapa lama kemudian, ia kembali tersenyum........ dan lanjutkan kisah rekaannya. Menelusur lega di hati ini.. Setidaknya sang Buah Hati kesayangan tetap riang, meski tidak kuturuti terlampau lama ia mengulur waktu. Mengulur waktu? Entahlah. Aku sendiri belum paham, mengapa aku menangkap alasan mendasar itu, di balik ragam celoteh dan "ingin ini..ingin itu"-nya sang Buah Hati selama di belakang Pastoran.... Hingga............................. "Lho, Ma.. aneh. Udah jam 09:55.. hampir jam 10 begini.. Mengapa tiba-tiba ada portalnya?", tiba-tiba terdengar ujaran Suami, dari belakang stir.. tepat ketika kami sedang berkendara pelan menuju gerbang basement Point Square Lebak Bulus Jakarta Selatan (lokasi yang memang sudah kami rencanakan akan kami datangi usai ikuti Misa, untuk membeli beberapa kebutuhan khusus Ibunda, sebelum lalu.. kami berencana langsung kembali ke rumah, memulai jadual packing jelang kembaliku abdikan diri ke tanah Papua beberapa hari mendatang). Sontak, kagetlah kami. Iya.. iya. Tampak oleh kami, asap hitam pekat tebal membubung.. tepat dari gerbang basement di arah depan samping kendaraan kami. Sadarlah kami. Segera, Suami memutar stir ke kanan.. menjauh dari lokasi. Sambil berusaha berlalu secepat mungkin di antara kendaraan lain, kubuka jendela samping kiri, "..maaf Pak, apa yang terjadi?", tanyaku cepat pada seorang Lelaki berbadan tegap yang berdiri tepat di samping kiri kendaraan kami. "Kebakaran, Ibu.. Basement. Baru saja. Cepat menjauh, Bu.. Hati-hati", jawab Beliau tegas, tanpa menoleh ke arahku sedetik pun. Beliau, seorang Pamong Praja dengan nama jelas terpampang di atas saku depan kemeja resminya. Semakin sadarlah aku. "Lebih cepat, Pa.. Hati-hati. Berbahaya.. bila sampai ada ledakan yang melontar jauh", ujarku pada Suami. Tiba-tiba melintas desakan "sharing" di ujung benak ini. Cepat kurogoh tasku.. mengambil camera digital seadanya aku..        . . . . .......dan, [caption id="attachment_99" align="aligncenter" width="448" caption="..the smoke..!!"]

..the smoke..!!

[/caption] Untungnya, lalu lintas masih relatif lengang.. sehingga kami sekeluarga bisa segera menjauh dari lokasi. Terbebas dari kemungkinan bencana. Sayangnya, pengabadian sang peristiwa oleh ketergesaan serta keterbatasan sesaatku bukan persis di depan lokasi keluarnya bubungan sang asap hitam pekat di bibir basement itu. Tentu saja, karena aku memotret sambil melaju secepat mungkin.. plus tindihan khawatir di ujung benak terbatas ini. Oo..kerangkeng keterbatasan.... Jujur, setelah relatif berjauhan dari lokasi, rasaku ingin teriak "Berhenti..!!" pada Suami. Untuk keluar dari kendaraan.. kembali ke lokasi, merekam semuanya.. Tetapi..... Segera, jemari ini bergerak meraih ponsel dari dalam tas.. segera sharing-kan apa yang terjadi melalui deret kata singkat di "Facebook status", tepat pukul 10:10 wib. Tepat 5 menit kemudian, sang peristiwa kembali di-sharing-kan Detik.com melalui jaringannya. Tiada lama berselang, telah tibalah kami sekeluarga di kediaman kami.. tiada seberapa jauh dari lokasi. Iya.. iya.. kami telah aman. Kami selamat. Melintas lagi di benak, deret detail peristiwa sedari 03:30 dini hari tadi... terutama di detik alot merayu sang Buah Hati kesayangan.. yang sempat terasakan oleh Sukma diamku, ia sedang mengulur waktu. Terimakasih atas Naluri mengulur waktu-mu, Buah Hati kesayangan... Terimakasih atas geliat rasa enggan aneh-ku dini hari tadi.. Praise the LORD..!! ................................................................... Tetapi, ........adakah kendaraan lain di sana sebelum kami? ..adakah Insan lain yang terperangkap di balik asap hitam pekat itu..?? ..hingga di detik ini, aku belum tahu.. "Ma, UNHAS Makasar juga terbakar, jam setengah tujuh pagi tadi..", suara Suami mengagetkanku. Hah?  Apa lagi, ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline