Lihat ke Halaman Asli

Benteng dan Terowongan Bawah Laut di Cilacap

Diperbarui: 4 April 2017   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13518712871977358026

[caption id="attachment_214387" align="aligncenter" width="486" caption="Lokasi perkiraan terowongan bawah laut bekas Belanda. Image milik Kusmanto"][/caption]

Sayangnya kita sering melupakan sejarah, padahal dengan sejarah kita akan paham kejayaan masa lalu.

Dunia pernah terpukau dengan selesainya terowongan bawah laut yang menghubungkan negara Prancis dan United Kingdom. Terowongan bawah laut itu sudah digunakan sejak sekitar tahun 1994. Dan yang sungguh hebat adalah fungsi terowongannya sebagai media transportasibisa menghubungan kedua negara yang terpisah dengan lautan sejauh 58.85 kilometer.

Beberapa waktu yang lalu saya wisata ke Cilacap bersama kompasianer Purwokerto, bapak Singgih dan Bapak Ardhiasa. Selain beliau yang menceritakan, juga bapak Marinir yang bertugas di pos jaga. Bahwa ada terowongan bawah laut yang menghubungkan pulau Jawa (Cilacap) dengan pulau Nusa Kambangan bagian timur.

Pada awalnya saya masih ragu tentang kebenaran cerita tersebut. Kemudian saya berempat naik ojek perahu menyebrang ke pulau Nusa Kambangan. Saya tertarik menyebarang bukan untuk mencari terowongan tersebut, tetapi hanya sebagai hobbi menjelajah yang belum pernah saya lihat. Setelah sekitar 20 menit, tibalah kami di pos pertahanan TNI Angkatan Darat. Saya kaget juga melihat plank tanda area jaga TNI AD. Tetapi kaget saya segera pudar, sebab nyatanya ada pos bayar karcis resmi dan artinya memang boleh dikunjungi oleh wisatawan secara resmi. [caption id="attachment_214351" align="aligncenter" width="524" caption="Jalan menuju benteng tua. Seperti dalam film Jurassic Park. Foto milik Kusmanto"]

13518649291858789196

[/caption] Kami berjalan dengan santai, karena jalannya juga sudah di lebarkan dan layak untuk wisatawan berkunjung. Kira kira 15 menit, tibalah kami disebuah benteng tua. Sekilas kami amati dan kesan kami adalah luar biasa. Kokoh, megah dan angker. Tetapi….. ada tetapinya…. Yaitu, ada saja pegunjung yang tidak paham tentang sejarah budaya. Ada bagian yang terbakar akibat sembarangan bikin api unggun. Yah…. sayang sekali kurang perhatian terhadap sejarah. [caption id="attachment_214352" align="aligncenter" width="524" caption="Benteng tua. Foto milik Kusmanto"]

13518650831884400728

[/caption] [caption id="attachment_214353" align="aligncenter" width="524" caption="Sisi lain dari benteng tua. Bapak Singgih dan bapak Ardhiasa sedang istirahat. Foto milik Kusmanto"]

13518652881867639301

[/caption] Dibenteng tua ini kami istirahat sambil makan dan minum. Sambil istirahat, kami kelilingi benteng ini dan terus terkagum kagum. Karena sudah sekian ratus tahun, maka ada akar pohon yang tumbuh menambah kesan lebih angker. Kami membayangkan, bagaimana situasinya saat itu. Bagaimana kira kira mereka bertugas. Dan bagaimana cara mereka membuat penerangan pada malam hari dan cara mendapatkan logistik dari pulau Jawa. [caption id="attachment_214354" align="aligncenter" width="431" caption="Salah satu pohon di Pulau Nusa Kambangan, yang menurut saya indah. Foto milik Kusmanto"]

13518654861024602908

[/caption]

Setelah cukup istirahat, kami lanjut lagi menuju pantai. Ternyata banyak ruangan yang dibuat oleh Belanda. Ruangan yang tersembunyi dibawah batuan keras. Saya mulai paham bahwa ini benteng pertahanan yang luar biasa. Bayangkan saja, pintu masuknya lorong di bentuk dari pintu batu penghalang yang luar biasa tebalnya. Bila saja ada bola meriam yang jatuh di depannya pun,maka lorong tersebut tidak akan hancur. Luar biasa kokohnya.

[caption id="attachment_214355" align="aligncenter" width="524" caption="Pintu batu yang sangat kokoh sebagai pelindung di depan bapak Ardhiasa. Foto milik Kusmanto"]

135186567141813303

[/caption]

Kami foto beberapa ruangan sambil berlalu menuju pantai. Dan pantainya menurut saya cukuplah untuk memandangi kapal antar pulau atau antar benua berlayar menjauhi pulau. Karena saya sudah terlalu banyak foto pantai, maka kamipun mulai pulang. Tetapi jalurnya agak melingkar sedikit alias bukan jalan yang sama seperti kedatangan. Hanya beberapa meter dari pantai, luar biasa lagi. Ada pos meriam yang sangat besar. Sayangnya meriam tersebut sudah terlepas dari unitnya. Tameng merian sudah lepas dan meriam sudah lepas dari dudukkannya. Dan yang saya sangat sayangkan adalah dibuatnya tugu kecil tidak bermakna diatas bekas fondasi meriam. Sungguh sayang sekali walaupun ada plank peringatan di sampingnya. [caption id="attachment_214358" align="aligncenter" width="524" caption="Meriam yang sudah tercerai berai, fondasinya sudah diganti dengan tugu kecil. Foto milik Kusmanto"]

13518658391583073642

[/caption]

Setelah saya melihat lihat tentang meriam ini, kemudian saya berjalan sekitar 10 meter. Dan lebih parah lagi, bukan saja fondasinya yang rusak tetapi tameng merian sudah hilang. Juga sebagian dari meriam itu sudah di potong dan hilang. Sungguh sayang sekali. Bahwa nyatanya sejarah telah di potong potong hilang tanpa bekas.

[caption id="attachment_214359" align="aligncenter" width="524" caption="Meriam kedua yang juga sudah tercerai berai. Foto milik Kusmanto"]

1351865964734179356

[/caption] [caption id="attachment_214360" align="aligncenter" width="524" caption="Meriam kedua yang sudah di potong dengan las api dan potongannya hilang dicuri. Foto milik Kusmanto"]

1351866066411240404

[/caption]

Seberapalah artinya berat besi merian tersebut harus dipotong dengan mesin las api. Sepertinya tidak layak untuk menjual besi meriam itu dibandingkan sejarah meriam di pulau Nusa Kambangan.

Sambil berjalan dengan sedih, kami ketemu lagi bangunan benteng yang kokoh. Luar biasa sekali. Kami masuk dan ada ruangan yang tembok nya sangat tebal sekali. Saya katakan tebal sekali, mungkin satu meteran lebih. Ada jendela besar, mungkin disana dahulu tempat mengintai musuh atau tempat meriam pula. [caption id="attachment_214361" align="aligncenter" width="400" caption="Bandingkan besarnya tubuh pak Singgih dengan tinggi nya tembok maupun akar pohon. Foto milik Kusmanto"]

1351866175887845426

[/caption] [caption id="attachment_214363" align="aligncenter" width="524" caption="Ruang pembataian yang mungkin juga dipaksa membangun bentengnya. Foto milik Kusmanto"]

1351866322655710882

[/caption] [caption id="attachment_214364" align="aligncenter" width="492" caption="Lubang fentilasi benteng yang posisinya sangat tinggi. Foto milik Kusmanto"]

13518664311410483087

[/caption] [caption id="attachment_214366" align="aligncenter" width="524" caption="Bapak Ardhiasa sedang meneliti lubang fentilasi. Foto milik Kusmanto"]

13518665562069817215

[/caption] [caption id="attachment_214367" align="aligncenter" width="524" caption="Benteng tua yang sudah dililit oleh akar pohon. Foto milik Kusmanto"]

13518667631422445202

[/caption] Ada ruangan yang bertulisan ruangan tahan. Diatas tengah bangunannya  juga masih ada bekas gantungan, mungkin untuk gantungan penerangan. Kesannya sungguh angker sekali. Kemudian saya lihat ada lorong menuju bawah tanah. Disitu tidak ada pintu atau tanda tanda bahwa itu bahaya. Tetapi saya yakin, tidak ada yang berani masuk kebawah bila tidak dipersiapkan dengan baik sekali. Maka disinilah saya mulai percaya. Udara lembab, membuat saya percaya bahwa ada terowongan bawah laut yang menghubungkan benteng kuno di Pulau Nusa Kambangan dengan Benteng pendem di seberangnya, di Cilacap - di Pulau Jawa. [caption id="attachment_214369" align="aligncenter" width="431" caption="Keyakinan saya, bahwa ini pintu awal masuk ke terowongan bawah laut. Foto milik Kusmanto"]

13518669411408773744

[/caption] [caption id="attachment_214371" align="aligncenter" width="431" caption="Ruang tengah yang saya yakin menuju terowongan bawah laut. Foto milik Kusmanto"]

13518671231207262312

[/caption] [caption id="attachment_214372" align="aligncenter" width="431" caption="Mungkin ini pintu masuk menuju terowongan bawah laut. Foto milik Kusmanto"]

1351867226386303480

[/caption] [caption id="attachment_214374" align="aligncenter" width="424" caption="Bila kami masuk terus kebawah.... hahaha takut ... gelap... jauh kedalam .... Foto milik Kusmanto"]

1351867328379606918

[/caption] [caption id="attachment_214375" align="aligncenter" width="524" caption="Temboknya luar biasa tebal sekali. Di depan pintu yang saya yakin terowongan bawah laut digunakan sebagai ruang tahanan. Foto milik Kusmanto"]

13518675131471672645

[/caption] [caption id="attachment_214376" align="aligncenter" width="524" caption="Ruangan dengan lubang fentilasi atau mungkin tempatnya meriam. Foto milik Kusmanto"]

13518677141118113806

[/caption]

Baru saya sadar, bagaimana caranya logistik kepulau Nusa Kambangan bisa segera dan sangat cepat di transfer. Untuk mempertahankan serangan dari Samudra Hindia yang hanya dari pulau Nusa Kambangan, maka strategi logistik harus optimal dan berjalan sempurna. Tidak ada yang lebih cepat dari kecepatan terowongan bawah laut dibandingkan dengan harus naik perahu dayung. Karena benteng ini sudah sangat tua, wajarlah terowongan bawah laut tersebut menjadi rembes dan masuk air laut. Setelah sekian ratus tahun maka wajar pula bila sudah penuh dengan lumpur. Karena itu menurut mereka, terowongan bawah laut ini sudah tidak bisa dilalui lagi. Dan seperti kisah kisah meriam tua itu, juga terowongan bawah laut ini hanya akan menjadi legenda saja. Seharusnya pemerintah segera menyelidiki dan merevitalisasi kembali sebagai penelitian sejarah. Bila benar terbukti sebagai terowongan bawah tanah, maka bisa dijadikan lokasi wisata yang luar biasa. Atau mungkin saja karena pulau Nusa Kambangan masih dijaga ketat oleh TNI Angkatan Darat dan merupakan pulau untuk tahanan, sehingga masih harus steril dari para wisatawan. Di Pulau itu merupakan tahanan yang sangat angker dan terpencil. Sehingga konon sangat “steril” dari komunikasi dunia luar. Tetapi fakta menyatakan bahwa kehidupan penduduk Cilacap menjadi lebih baik setelah orang orang super hebat telah di tahan disana. Sebut saja salah satu mantan tahanan seperti Bob Hasan, yang konon katanya berhasil meningkatkan taraf hidup narapidana. Banyak caranya, salah satu melalui pabrik batu akik yang luar biasa berkualitas. Batu akik itupun konon di export. Karena tidak bisa lagi kami masuki lorong tersebut, maka kami meninggalkan bentengnya. Dari jalan yang kami telusuri, masuklah kami keruangan yang luar biasa tingginya. Mungkin tingginya sekitar 20 meter lebih ? mungkin juga lebih tinggi lagi. Barangkali lorong keatas ini tanpa atap untuk sirkulasi udara ruangan dalam benteng. Hanya ada plank yang bertulisan lokasi pembantaian. Aduh aduh aduh… seram dan angker rasanya. Coba saja bayangkan, bahwa tahanan yang notabene nya pasti warga Indonesia itu yang di bantai pula. Lagipula saya yakin, bahwa tahanan itu yang harus membangun benteng sekokoh itu. Dan mungkin saja bila meninggal langsung di tanam saja dalam dinding benteng yang sangat tebal itu. Atau mungkin juga yang meninggal dibuang kelaut.

Dengan rasa angker dan kagum dan letih, kami segera menuju pos penjemputan ojek perahu untuk kembali menuju Pantai Cilacap. Lain waktu akan kami kembali lagi dengan persiapan yang lebih matang. Sayangnya kami tidak punya latar belakang ilmu sejarah. Tetapi kami akan kembali lagi dan berfoto dengan sangat bagus. Dengan suasana yang klasik dan digunakan sebagai latar belakangnya benteng kuno jaman Belanda, saya yakin akan menghasilkan foto luar biasa.

[caption id="attachment_214377" align="aligncenter" width="524" caption="Pemandang dari pantai Cilacap. Diseberangnya adalah pulau Nusan Kambangan bagian timur. Foto milik Kusmanto"]

13518678081731286303

[/caption] [caption id="attachment_214378" align="aligncenter" width="524" caption="Perahu ojek menuju pulau Nusa Kambangan. Foto milik Kusmanto"]

1351867977640569623

[/caption] [caption id="attachment_214379" align="aligncenter" width="524" caption="Kata pak Ardhiasa, seperti di Film Jurassic Park. Difoto oleh Kompasianer Purwokerto - Ardhiasa"]

13518681801274490242

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline