[caption id="attachment_142449" align="aligncenter" width="480" caption="Thengkleng (Dokumen pribadi Kusmanto)"][/caption] Artikel ini saya buat untuk teman-teman kompasiana saya yang jago masak. MbakMutiara dan mbak Ani. Dua wanita yang jago masak. Beliau beliau terus berinovasi untuk cipta rasa. Sayapun kaget kagetan setelah membaca ramuan mbak Ani dan memang sungguh ramuan yang bisa membuat awet muda. Sebagai penguji rasa nya akan saya hadirkan bapak Andika, bapak kita yang senang juga kuliner. Dan bapak Akhmad asal Jogya sebagai penguji rasa pula. [caption id="attachment_142452" align="alignleft" width="300" caption="Gambar sumber google.com"][/caption] Kali ini saya mendiskripsikan cipta rasa Thengkleng Solo. Seperti yang saya tulis dalam profil saya, bahwa saya senang mengembara dan mencicipi aneka rasa makanan. Suatu waktu saya tiba di Solo dan oleh teman kuliah istri saya, kami dikenalkan Thengkleng. Dan ....sejak saat itu saya jatuh cinta di Solo. Cinta akibat rasa satu sendok pertama. Yaitu rasa kuah thengklengnya telah membuat saya terlena. Sejak saat itu bila saya dengan istri dan kawannya, kami selalu mampir dan menikmati. Pasti dan pasti saya mampir. Bila ada waktu, pagi hari saya makan dua porsi dan siang atau sore saya datang lagi untuk dua porsi lagi. . [caption id="attachment_142453" align="alignleft" width="300" caption="Penyanyi setia (dokumen pribadi Kusmanto)"][/caption] Lokasinya berada di Jalan Tanjung Anom pinggir jalan putaran mobil. Namanya warung makan Mbak Diah. Setelah saya beberapa kali datang makan, maka saya dikasih tahu bahwa siapa saja yang datang ke warung ini. Demikian juga saat saya makan, pengunjungnya semua naik mobil. Ngak sombong deh.... bener bener warung itu kelas atas segmen pengunjungnya. Saat saya mencari gambar di google, ternyata benar apa yang saya diceritakan. Siapa saja yang suka selera thengkleng ini. Benar atau tidak, apa yang diceritakan atau yang terpampang dalam foto, bahwa konon juga kesukaan mantan presiden Bapak Soeharto. [caption id="attachment_142454" align="alignleft" width="300" caption="Penyanyi setia (dokumen pribadi Kusmanto)"][/caption] . Bila saya datang, biasanya kami dan teman Solo mencari tempat dibawah pohon yang rindang. Selain luas dan sejuk, kami menikmati alunan lagu yang dibawakan oleh banyak pemusik. Bukan pengamen, tetapi mereka bermain terus dan silahkan kasih honor bila suka suka saja. Sampai sampai saya pernah minta dua kali dilantunkan lagu keroncong khas Jakarta jali jali. Suara mereka merdu dan alat musiknya juga sederharna saja. . [caption id="attachment_142455" align="alignleft" width="300" caption="Dokumen Pribadi Kusmanto"][/caption] . Tentang rasa ? wah... bagaimana saya jelaskan.... pokoknya nikmat. Teman saya dari Jakarta yang saya sering ajak kuliner juga paham dan bilang, thengkleng ini jauh lebih nikmat dari apa yang kami cicipi di Jakarta. Jadi... untuk mbak Ani... saya tidak tahu resepnya... sebab saya tahunya aspirin dan panadol saja. Warnanya kuning keruh, ada cabe nya. Nah.... susah saya lanjutkan tentang rasa... pokoknya nikmat. Lihat saja di foto saya supaya emak emak bisa paham cara buat bumbunya. . [caption id="attachment_142456" align="alignleft" width="300" caption="Dokumen Pribadi Kusmanto"][/caption] Dagingnya sangat empuk walaupun hanya sisa sisa yang dagingnya dibuatkan sate. Dagingnya juga gurih banget banget. Terutama kalau sedot sumsumnya. Wah... sumsum-nya gurih dan nikmat. Semuanya serba lunak dan nikmat. Tidak bisa diurai dengan kata kata. Maklum deh saya seorang bapak bapak dan bukan emak emak yang jago masak. Konon menurut cerita, bahwa warung ini pernah berjuang mencari rejeki di Jakarta, sekitar Palmerah. Mungkin segmen nya tidak pas dengan selerad dan harga. Terutama daerah Palmerah yang macet. Rejekinya ada di Solo dan mengharuskan hijrah lagi dari Jakarta kembali Solo. Demikian lah diskripsi saya tentang thengkleng Solo. Bila saja emak emak belum juga bisa bikin bumbunya, apa perlu kita kunjungi ke Solo ? Atau kita Import dari Solo pakai TIKI ? Tetapi jangan lupa untuk mbak Ani. Ini adalah daging kambing yang sudah membuat badan menjadi panas, maka saya rasa tidak usah dicampurkan ramuan bubuk terongnya. Kalau ditambah bubuk terong yang sudah kering bisa bisa menjadi tambah bahaya. Nah... kalau bicara daging kambing, maka lupakan sejenak kolesterol. Makannya dijamin sehat. Tidak ada manusia sakit karena makan. Sejenak kita lupakan tentang penyakit dan kita nikmati dahulu saja. Demikian..... dan semoga bisa membuatkan kami thengkleng solo. Terima kasih yah... kalau sudah jadi bilang bilang yah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H