Pengantar
Tulisan ini bagian dari ” 100 Inspirasi SUKSES ” yang sedang saya kompilasi. Mohon komentar dan masukan dari para pembaca budiman. Atas masukannya saya ucapkan terimakasih.
Salam Inspirasi.
Jepang Ngiler Pohon Pisang
Tak semua Negara dapat ditumbuhi pohon pisang. Jepang adalah salah satunya Negara yang emoh ditumbuhi pohon tak bercabang ini. Sampai-sampai untuk memenuhi kebutuhan akan buah pisang, mereka harus mengimport buah itu dari Thailand dan Filippina.
Saya pernah bertanya, “Apakah pisang produksi Indonesia tak dapat menembus pasaran Negara Matahari terbit itu?”Ya, dengan sangat menyesal mereka memberikan jawaban yang mengenaskan.
Pertama, sistem kepabeanan di negeri kita yang berbelit-belit dan penuh dengan katabelece, sehingga kerap membuat komoditi itu “busuk” dalam perjalanan.
[caption id="attachment_266843" align="aligncenter" width="234" caption="Potensinya belum tergali Maksimal (www.Google.com)"][/caption]
Berbeda dengan sistim kepabeanan di Thailand. Dalam waktu singkat, si pisang dapat meluncur ke Negara tujuan (negara matahari terbit) , tanpa banyak prosedur yang tak perlu.
Konon pengiriman barang dari Bangkok ke Tokyo masih lebih cepat, ketimbang dari Tokyo ke Yokohama. Itulah gambaran deregulasi kepabeanan di negeri seribu pagoda itu menunjang perekonomiannya.
Kedua, mutu yang tidak konsisten menjadi alasan “telak” Jepang untuk menolak produk kita. Mengapa? Karena ukuran dan warna pisang produksi kita tak selalu sama dari waktu ke waktu.
Bisa saja pengiriman bulan ini berukuran besar, kemudian bulan depan berukuran kecil. Demikian pula dalam hal warna, hari ini kuning cerah, hari esok kuning redup. Itulah mengapa Negara matahari terbit tidak menyukai pisang produksi Indonesia. Sebuah produk yang sarat inkonsistensi.
Tahukah anda, selain dapat memberikan vitamin dan serat bagi kelancaran pencernaan kita, pohon pisang memiliki beberapa kelebihan. Tak ada bagian pohon pisang yang tak berguna. Mulai dari batangnya yang dapat dijadikan makanan ternak. Bahkan tak jarang dijadikan hidangan lezat pada acara kondangan di salah satu bagian Sumatera sana.
Dalam kondisi darurat, dapat pula dijadikan rakit. Fungsi lain dari batangpisang adalah untuk tali temali. Lihatlah di pasar-pasar tradisionil. Semua dagangan diikat dengan tali batang pisang. Apa kelebihan taliini, tak lain dan tak bukan sifat ramah lingkungannya. Tali batang pisang merupakan satu-satunya tali yang dapat di-recycle (daur ulang). Kelak tali ini akan merajai di supermarket dan mall, menggusur tali plastik dan karet yang emoh terurai itu.
Bila kita telisik lebih jauh lagi, yakni daun pisang. Rasanya tak perlu saya jelaskan lagi tentang yang satu ini. Semua sudah akrab dengannya. Salah satu khazanah unik daun ini adalah ketika dipakai membungkus nasi liwet. Hmmmhhh…wanginya, membangkitkan selera makan. Dipadu dengan ikan jambal dan sambal terasi…wow, nikmatnya. Mertua lewat bisa bisa tak dihiraukan ha ha ha.
Suatu saat, ketika melintas di pedesaan, hujan turun bak dicurahkan dari langit. Eeeehh, tiba-tiba AC mobil kami ngadat. Apa yang terjadi, seketika kaca mobil diliputi kabut tebal, sehingga supir tak dapat melihat permukaan jalan. Dalam kondisi darurat seperti ini, segera saya ambil tindakan. Menyiapkan payung, dan keluar mencari daun pisang. Kemudian mengusapkan getahnya ke permukaan kaca mobil. Wes ewes ewes, kabut sirna seketika, perjalanan dapat dilanjoetkeun.
Bagaimana dengan jantung pisang? Ya, pohon pisanglah satu satunya pohon yang memiliki jantung. Kerap kali jantung ini dibuat sayur yang nikmat. Produk kuliner ini satu ini, kerap dipraktikkan saat kenduren. Bila sayur jantung pisang tersaji, maka pemilik pesta acap disanjung pujian oleh tamu. Mau sebuah pesta yang hebat? Hidangkan nasi liwet berbungkus daun pisang, ikan jambal, sambal terasi, lengkap dengan sayur jantung pisang. Pasti siiip dah.
Seikat makna:
1.Setiap orang memiliki kelemahan dan kekuatan yang unik
2.Sebuah kekuatan, adalah sia-sia bila tak dikelola dengan baik
3.Pada dasarnya birokrasi yang tak tepat, merugikan rakyat
4.Masih banyak rahasia alam yang perlu kita gali
Salam Inspirasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H