Lihat ke Halaman Asli

Doharman Sitopu

Manajemen dan Motivasi

Ambruk

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_207775" align="alignleft" width="153" caption="Mau jadi Jagoan!"][/caption]

Pada hari kamis, 27 Mei yang lalu, badan ini terasa meriang. Namun seperti biasanya saya tak pernah menghiraukan gejala-gejala ringan seperti itu. “Hei badanku, kamu tak boleh manja”,demikian hardik saya pada badan sendiri. Selanjutnya saya memprovokasi badan, bahwa masih banyak kegiatan yang harus diselesaikan. Jadi, “tolong jangan macam-macam.”

Dalam kondisi kurang fit inilah pula saya sedang asyik-asyiknya mempersiapkan Power Point untuk pelatihan yang akan saya fasilitasi keesokan harinya pada sebuah organisasi pemuda. Jadi ancaman untuk badan sendiri bukan main-main. Apa jadinya bila badan ini ambruk, terus bagaimana dengan pelatihan yang telah di-schedule-kan dari sebulan lalu itu? Mengecewakan dong!

Setelah Power Point selesai aku edit dan finalisasi, baik urutan, konten, insertion lagu dan video sesuai dengan kaidah yang saya dapatkan dari sang guru Andrias Harefa dan Hari Subagja, saya pun pergi ke peraduan. Siap-siap berangkat keesokan harinya kegunung salak-Bogor.

Singkat cerita, pelatihan pun dapat saya gelar dalam kondisi badan fifti-fifti. Kendati badan menggigil ditengah udara yang dingin di kawasan ciapus itu, badan berkeringat luar biasa. Ooo ini yang disebut keringat dingin ya, walau kedinginan, namun berkeringat. Setelah selesai memberikan pelatihan yang bertemakan kiat-kiat sukses dan KEPEMUDAAN itu, saya pulang, berangkat dari lokasi sekita jam 10 malam. Panitia sudah wanti-wanti saya agar menginap di tempat yang telah disediakan. Namun karena keesokanya harus menghadiri sebuah kegiatan di kawasan cibubur sana , saya tetap nekat pulang. Nyetir sendiri pula.

Singkat cerita, saya tiba di rumah di kawasan cikeas (tetanggaan sama SBY loh ) jam 03 dinihari, karena kebanyakan berhentinya. Setelah istirahat, siang harinya berangkat lagi ke kawasan cibubur untuk mengikuti sebuah Kepanitiaan, dimana saya sebagai sekretarisnya. Jadi kudu hadir. Sebenarnya badan ini sudah menangis ingin istirahat. “ Boss, mbok ya aku dikasih waktu ngaso toh, jangan sibuk terus kayak gangsing, berputarrrr terus”, demikian badan mengeluh sekaligus memohon pada saya tuannya.

Permohonan badan ini saya respon dengan memesan tukang pijit langganan saya, Mas Slamet. Malam minggu, tepatnya jam 23.00 ia mengucap salam di depan pagar. Maklum untuk memesan Mas Slamet, harus indent. Ia adalah tukang pijit professional. Ia membedakan memijit (tanpa minyak) dan mengurut (dengan minyak urut). Itulah SOP yang ia terapkan dan saya suka. Setelah dipijit dan diurut selama satu setengah jam, badan ini lumayan segar.

Keesokan harinya, badan ini menggigil hebat lagi, sehingga tak kuasa menolak anjuran istri untuk ke Dokter. Kesimpulan Pak Dokter, saya terlalu capai, sehingga divonnis harus beristirahat. Namun dasar bandal, keesokan harinya tetap ngantor dengan alasan mempersiapkan beberapa pelatihan yang telah dijadwalkan akan saya fasilitasi di kantor.

Mentang-mentang sudah dipercaya membawakan beberapa pelatihan di kantor ( ini pun tak lebih karena punya sertifikat dari Trainer schoolen), bak pahlawan dengan semangat 45, mati-matian membuat konsep pelatihannya hingga larut malam. Memang masih banyak target yang membuat waktu berputar tak terasa. Antara lain Penulisan Buku seorang client dengan modus GHOSTWRITER yang telah dekat jatuh temponya, juga memakan waktu dan energy yang cukup banyak. Uniknya proyek satu ini, duitnya sudak diterima, jadi mau nggak mau harus tepat waktu.

Semua ingin diraih dan diselesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tak kenal siang dan malam, tak kenal sedang ada di mana. Rasanya otak ini terus berputar, bila perlu tak perlu istirahat. Namun akhirnya badan ini tumbang juga. Tak bisa diajak kompromi lagi. Hari ini kamis, tanggal 3 Juni 2010, saya menyerah.Sesuai anjuran dokter, “karena badan Bapak lemah, maka virus menyerang, jadi agar tidak terserang virus baru, hendaknya istirahat total minimal 2 hari”, tukas dokter dengan santun.

“Ya deh, Dok! Saya akan patuh, karena memang nggak sanggup lagi, memang saya sudah waktunya beristirahat, saya terima dengan ikhlas, karena ini sudah di luar kekuasaan pribadi saya.”

Setelah minum obat, kemudian istirahat, badan terasa lebih baik, berangsur pulih. Tiba-tiba ada SMS yang berbunyi, “Pak Do ( demikian saya dipanggil di kantor), jadwal pelatihan kita tunda minggu depan.”

Syukurlah, kalau dimundurkan. Berarti kesempatan belajar untuk menjadi Trainer Andalan tetap bisa kudapatkan.

Sekarang aku lupakan dulu semua program pelatihan, penulisan, audit, prosedur ISO, Kepanitiaan, rencana wisata lingkungan, atau apa pun semua yang membuat otak penat, badan pegal. Aku mau istirahat dulu. Saatnya me-Recharge energy dan semangat baru. Tidurrrrrrr

Pembaca yang budiman, sesibuk apa pun anda, rencanakanlah istirahat dengan baik. Pelajaran berharga dari saya yang memaksakan ambisi dan kemauan pribadi, ternyata tak dapat dipahami oleh tubuh kita seratus persen. Yang bisa dilakukan badan kita adalah bertahan semampunya, dan pada titik tertentu akan ambruk dan menyerah.

Salam Sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline