Lihat ke Halaman Asli

Doharman Sitopu

Manajemen dan Motivasi

Collector of Dislikeness

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_71782" align="alignleft" width="264" caption="kamu gimana sih?"][/caption]

Seorang trainer yang sedang mengadakan pelatihan pasutri ( pasangan suami istri ), mempersilahkan peserta untuk menuliskan kekurangan pasangannya masing-masing. Setelah selesai menuliskan kekurangan, mereka dipersilahkan membalik kertas masing-masing.

Selanjutnya di halaman yang baru, peserta dipersilahkan menulis kelebihan pasanganmasing-masing.

Setelah selesai menuliskan kedua hal tersebut, peserta diminta menjumlahkan catatan di halaman depan dan di halaman belakang. Apa yang didapatkan dari hasil Quiz sederhana tersebut, membuat seluruh peserta tercengang, serasa tak percaya, namun “make sense” alias masuk akal.

Ternyata di halaman depan rata-rata dapat menuliskan lebih dari 20catatan, sementara dihalaman belakang rata-rata tidak melebihi 5 catatan. Itu berarti, menuliskan kekurangan dan kelemahan pasangan kita, jauh lebih mudah ketimbang kelebihannya. Ini adalah fakta.

Jika dalam tulisan saya kemarin yang bertajuk “bagaimana mengungkapkan kasih sayang” di sini, dapat kita lihat betapa romantis dan indahnya kata-kata yang terucap tatkala masa-masa berpacaran. Tak kurang dari beberapa pria sampai gemetar manakala mengutarakan isi hatinya. Bahkan tidak sedikit yang tidak mampu melakukannya.

Namun selanjutnya, apa yang terjadi setelah mereka menjadi pasutri? Tak jarang mereka terjebak ke dalam penyakit yang disebut “collector of dislikeness” ( sebut saja penggemar kekurangan).

Tidak jarang dalam romantika kehidupan sepasang suami istri (pasutri) terjadi percekcokan. Diakibatkan oleh hal-hal yang remeh temeh sampai hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Fakta ini dapat dibuktikan, dengan tingginya angka perceraian yang terjadi di Negara kita.

[caption id="attachment_71784" align="aligncenter" width="200" caption="jelek loh"][/caption]

Menurut Yacob Susabda, seorang pemerhati hubungan pasutri, setiap 3 menit terjadi satu perceraian di Indonesia. Tentu angka ini merupakan angka yang tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara lain. Hal yang sangat memalukan sekaligus menampar kita sebagai bangsa yang kereligiusan-nya boleh dibilang baik. Namun sangat disayangkan, karena ia tidak berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian yang terjadi.

Alih-alih menyesali fakta tersebut, lebih bermakna jika kita menelisik mengapa perceraian itu semakin marak terjadi. Ditengarai sifat manusia yang cenderung melihat kekurangan pasanganlah yang menjadi penyebab utamanya.

Perceraian pada umumnya diawali dengan “perang mulut”. Kendati ada “perang mulut” yang positif antara pasutri ( sebagai orang dewasa, anda mengerti kan maksud saya? ), namun kebanyakan “perang mulut “ dengan menggunakan mulut sebagai pabrik kata-kata kasar dan sarkastis.

Begitu mendengar kata-kata yang tidak konstruktif itu, pasangan serta-merta bereaksi negatif, lantas membalas dengan perkataan pembela diri, dan selanjutnya menyerang lebih aggressive.

Semua kelemahan, kekurangan, apalagi kesalahan pasangan, sangtlah mudah melekat dalam ingatan kita. Sehingga setiap kali “hal sepele” ini dijadikan perisai oleh suami ataupun istri untuk memancing kekeruhan dengan sang pasangan.

Beberapa contoh collector of dislikeness dari seorang suami.

-Istri saya suka ngorok saat tidur

-Istri saya pelupa ( biasanya sama utang nih )

-Istri saya tidak suka mencatat hal-hal penting

-Istri saya boros

-Istri saya makin gemuk saja

-Istri saya tidak pernah buat kopi saat saya pulang kerja

-Istri saya tidak pintar memasak

-Istri saya kurang aggressive

-Istri saya tidak disukai mamah saya

-Istri saya jorok

-Istri saya suka ngelamun

-Istri saya membosankan

-Istri saya mulutnya bawel, suka ngerumpi, pemarah

-Istri saya badanya bau, malas mandi, tidak suka bersolek

-Istri saya malas sikat gigi, nafasnya tidak segar

-Istri saya Tukang belanja, berapapun uang di dompet ludes

-Istri saya suka ngemil…………………….

[caption id="attachment_71785" align="aligncenter" width="300" caption="jangan pakai kaos ini!!!"][/caption]

Andaikan otak kita mudah untuk mengingat hal-hal dibawah ini, diyakini percekcokan tidak akan terjadi, setidaknya dapat kita kurangi. Berikut beberapa contohnya.

-Istri saya sangat pengertian, dan perhatian pada saya

-Istri saya selalu mengalah pada saya

-Istri saya selalu menyambut hangat saat saya pulang, begitu pun saat saya pergi.

-Istri saya rajin membuatkan saya kopi

-Istri saya saya pintar masak, sambal ulek-nya itu loh, gak bisa dilupakan

-Istri saya saya cantik, kreatif, hangat, mulus

-Istri saya saya paling sexy sedunia

Cobalah anda lakukan juga seperti contoh di atas. Semakin banyak hal yang positif anda simpan di memory anda, maka semakin positif pula pandangan anda pada pasangan. Kurangilah membesar-besarkan hal-hal kecil, karena hal itu dapat membesar bak api atau tsunami yang siap menerjangkebahagiaan rumah tangga anda.

Galilah kelebihan pasangan anda. Semua orang niscaya punya kelebihan. Hanya saja kita terlalu disugesti oleh dislikeness, yang memengaruhi kita.

Akhirnya, menyongsong hari kasih sayang tahun ini, tuliskanlah dalam hati kita, bila perlu ambil sebuah catatan kecil, pada saat-saat tenang dan suasana hati terang, tulislah saat-saat indah anda bersama pasangan. Ingat kembali suasana romansa anda bersamanya, ingat pula bagaimana kita tidak pernah merasa bosan, bahkan sebaliknya betah berjam-jam curhat dengannya pada saat berpacaran dulu. Hadirkan masa lalu saat ini, maka anda semakin sayang pada pasangan anda.

Salam kasih sayang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline