Lihat ke Halaman Asli

"Emotional Intelligence" Merupakan Faktor Penentu Kelangsungan dan Keberhasilan Masa Depan

Diperbarui: 14 Februari 2016   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah hal yang pasti, persaingan di dunia profesional semakin ketat seiring dengan perkembangan peradaban umat manusia di dunia. Tantangan kedepan untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing semakin kompleks sehingga diperlukan manuver bagi seorang profesianal untuk meningkatkan kualitas diri.

Setidaknya hal utama yang diandalkan agar bisa diterima dan masuk dalam dunia profesional adalah  kemampuan atau tepatnya skill tekhnis yang bisa di "promote". Seperti misalnya seorang Sarjana IT, akan mengandalkan kemampuan teknis nya untuk meng "coding" membuat aplikasi komputer agar bisa diterima di perusahaan yang memerlukan skill nya tersebut. Demikian juga seorang Akunting, Designer Graphic, Network Security dan lain-lainnya.

Kenyataan yang dihadapi adalah bagaimana profesional ini bisa tetap eksis dibidangnya dan tetap diterima di komunitas, atau dengan kata lain tidak hanya bisa masuk dan diterima tapi harus bisa menjaga kelangsungan dan keberlanjutan di  profesi yang ditekuni.

Diantara kita akan kita temui type profesional yang "Jumawa" akan kemampuan teknis yang dimilikinya, seolah tidak tersaingi dan tidak tergantikan sehingga yang tampak adalah Egoisitas dan Arogansi, dan karena dukungan sistem mungkin saja dia masih bertahan di dalam sistem walaupun  belum tentu mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.  Jika kita menyadari perputaran roda waktu yang membawa ke perubahan manajemen tentu banyak hal yang bisa saja terjadi dimasa berikutnya, maka typical profesional seperti ini ibaratnya sedang merencanakan kegagalan nya.

Tetap bisa mendapat pengakuan di komunitas, di lingkungan sekitar dan di masyarakat, tentu adalah cita-cita sebagian besar para profesional. Tidak ada kekhawatiran jika terjadi hal buruk dilingkungan kerja sekarang, karena lingkungan lain sudah siap menerima kita, bahkan tidak sedikit profesional bisa eksis secara paralel diterima dan mendapat pengakuan di 2, 3,  atau lebih lingkungan kerja,

Untuk menjaga eksistensi di dunia profesional, dimana setiap orang yang kita ajak berinteraksi memiliki faktor emosional maka kita perlu mengasah "Kecerdasan Emosi" sebagai 90% faktor yang membentuk tingkah laku keseharian yang dapat diamati dan mempengaruhi bagaimana orang-orang memberikan nilai kelayakan apakah kita partner yang baik atau tidak pantas. 

"Emotional Intelligence" mencakup bagaimana kita mampu untuk Berfikir Positif, Mengelola Emosi dengan Bijak, Menjaga Etika, dan Menjaga Harga Diri.

Hal inilah yang diibaratkan sebagai "Penomena Gunung Es" dimana "Emotional Intelligence" merupakan sebagaian besar diri kita yang membentuk sebagian kecil tentang kita yang bisa dinilai orang.

Mengelola Emosi yang bijaksana adalah:

  1. Berusaha Tetap Optimis: Bahkan ketika kesusahan sedang menimpa karena kita yakin Tuhan sedang menyiapkan yang terbaik.
  2. Berusaha Menghindari Stress: dengan tetap Sabar dan Fokus pada tujuan.
  3. Bangkit dari Keterpurukan: Tetapkan Tujuan dan memulai dari langkah2 kecil yg kita sederhanakan untuk mencapainya.
  4. Atasi Rasa Takut: Yakini kalau Ketakutan adalah Kebahagiaan yang sedang menyamar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline