Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ide adalah rancangan yang tersusun di pikiran. [caption id="attachment_184087" align="aligncenter" width="360" caption="Bohlam Ide"][/caption] Entah siapa yang pertama kali mengusulkan IDE digambarkan sebagai bohlam. Coba perhatikan di majalah, di film kartun dan banyak lagi, kalau tokohnya menemukan ide pasti digambarkan ada bohlam di atas kepalanya sambil ada bunyi "TING!!". Buat saya, itu udah ketinggalan banget. Kalau benar bisa munculin bohlam waktu menemukan IDE, pastinya PLN ga akan laku. Minimal pas byarpet ga dikomplen massa. Tinggal "TING!!" dan teranglah rumah. Ga kan? Lagian jaman sekarang udah ga musim bohlam, semua pake lampu TL. Hemat energi bos. Ato pake lampu LED. Lebih terang pula. Jadi, bohlam itu udah out of date. Sebagai gantinya, saya usulkan analogi baru untuk ide : TELOR. [caption id="attachment_184089" align="aligncenter" width="391" caption="Telor IDE"]
[/caption] Ada beberapa alasan kenapa telor pantas menggantikan tahta bohlam. Dari banyak alasan, saya munculkan 4 dulu, antara lain:
- Pernah dengar ungkapan "menelorkan ide-ide brilian" ? Ya, dan kita tidak pernah mendengar atau mengucapkan "membohlamkan ide-ide cemerlang". Got it?
- Ada ide yang segar, ada juga ide busuk. Demikian juga ada telor segar dan telor busuk. Apakah ada bohlam segar bohlam busuk? Bohlam putus banyak.
- Sama seperti telor, ide itu pertamanya susah keluarnya. Tapi setelah nongol, ide ide biasanya lebih lancar keluarnya. Telor juga begitu, tanya sama ayam yang pertama kali nelorin. Perih bos. Tapi setelah terbiasa, sehari bisa 2-3 telor. Lancar kayak jalan tol (bukan tol indonesia). Plong aja gituh.
- Sama seperti ide, telor itu kalau ga diapa-apain ya tetap telor. Ga bisa jadi ayam. Atau telor goreng. Ide juga ga berubah jadi uang kalau ga dikerjain.
[caption id="attachment_184090" align="aligncenter" width="419" caption="Telor isi DUIT!!"]
[/caption] Ada alasan lain kenapa bohlam harus dipertahankan? @omGowing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H