Lihat ke Halaman Asli

Ibundaku Tercinta

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rentang waktu panjang melukis kisah
Kau jelajahi lorong-lorong hidup tak kenal rintang
Dalam babak bahagia kau ada
Dalam babak kesedihan pun kau ada

Hanya dengan kasih kau renda hari-hari
Tiap tarikan nafas terucap syukur
Tiap nadi berdenyut selalu teriring harapan
Tak pernah kau tontonkan kesedihan
Seolah itu memang tak pernah ada dalam hidup

Seribu pena teraut tak cukup mengisah pengorbanan
Akan tetes keringat yang tak pernah dikeluhkan
Akan tiap noktah darah perih yang tak pernah dirintihkan
Letihmu bagiku adalah inspirasi
Doamu kekuatan bagi langkah tetap menapak jejak

Kau ajarkan, hidup adalah kerendahan hati
Kau ajarkan, hidup adalah kebaikan
Kau ajarkan, hidup adalah berbagi
Kau sejajarkan kesombongan
sederajat iblis berlumur racun
Bagimu, di mana ada cahaya,
di situ nama baik dijunjung

Ibundaku tercinta
Banggaku padamu tanpa kata
Cintaku padamu memang tiada ditindakan
Namun, setiap saat seribu rinduku
ingin bersua pelukanmu
Jika tak pernah ku diajari kedewasaan
Masih ku ingin jadi anak kecil dipangkumu

Ibundaku tercinta
Pada hari jadimu ini
Ananda tunduk diam dalam sujud padaNYA
Segala doa terujar hanya bagi kekal umurmu
Maafkan ananda belum bisa jadi kebanggaan
Bahkan masih sering memberi gores perih hatimu
Sesungguhnya tak pernah henti tangisku
oleh sesal melukaimu
Selamat ulang tahun ibundaku
Selamat ulang tahun kebanggaanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline