Lihat ke Halaman Asli

Lakon Kolosal Negeriku

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Muak… sungguh ku muak…!!!
Tak ada lainkah selain pertunjukan yang itu-itu saja???
Di koran, radio televisi semua sama saja
Berita basi terus dikompor biar bisa tetap panas
Saling tarik satu bias lalu dikumpul pada pelangi semu hukum
Semua bertema keseksian liar
Dari aurat para hulubalang yang tak tahu malu
Juga ulah tikus-tikus cap gayus yang ingin terbang bak belalang
Yang kenyangkan diri dengan pajak singkong para jelata
Buat kaya diri dengan upeti kayu api para fakir
Nurani seakan sudah tercabut hingga akar oleh serabut serakah
Ikrar setia yang terangkat hanya dagelan di pentas istana
Munafik dalam balutan senyum laknat pengkhianat negeri
Membela diri dengan argument sandiwara palsu
Seolah sedang bergita diiring orkestra dangdut memilukan
Dipimpin sang maestro politikus busuk bau kambing congek
Sumpah serapah kaum tertindih dianggap celoteh pujangga putus asa

Operasi sapu bersih hanya orasi dekil
Supaya yang kecil jangan tahu busuk di buluh jahanam
Berlagak kudus pamer ayat-ayat hukum neraka
Agar lugas buntutnya bergoyang sampai butut.

Lutut tak pernah ditekuk minta maaf
Usur menunggu mampus tak buat bertobat
Makin jadi buyut makin setia berulah…
Harta ditumpuk berpuluh-puluh bakul hingga menggunung
Agar sepuluh turun temurun para turunan membuntut
Masih bisa dipakai untuk tuntutan foya-foya…
Itu maksiat lantas disyukuri dengan doa khusus yang khusyuk dari dukun
Biar jangan dimakan rayap keadilan milik rakyat

Wahai, wahai, wahai...
Wahai tuan pemakan segala
Tak dekil kah hati tuan punya niat berbuat itu???
Tuan punya nista kami jadi muntah
Lihat tuan bermanis diri setiap hari di media bak artis
Daki tuan setebal lapindo tapi kenapa tuan tak juga jadi malu???
Inikah akibat ajaran moral waktu Es De dulu???
Tiap hari diajari agar bangga jadi bangsa negeri ini
Tapi malah bangsal-bangsal sel dipenuhi penjahat bangsa
Yang dihukum penjagal jelek tak peka arti keadilan...

Duh... duhai bangsaku....
Duhai negeriku...
Tanah pusaka kebanggaan tetanggaku
Sungguh malang riwayatmu kini...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline